Pagelaran Ludruk ITB: “Mati Cinta Mati”, Meregangkan Otot Pipi Bersama Ludruk ITB

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

Dengan dua ribu rupiah saja Anda bisa mendapatkan kepuasan tawa yang sepenuhnya yang menyehatkan otot pipi Anda. Kemarin (21/12) malam Ludruk ITB mengadakan pagelaran yang diberi judul “Mati Cinta Mati.” Pertunjukan yang digelar memang tampak sederhana dan terbatas di banyak hal seperti sound system dan lighting, namun dijamin kepuasan tawa didapat oleh para penonton. Pertunjukan ini mengambil setting budaya Minang. Tepatnya Ludruk mengadopsi roman Balai Pustaka yang melegenda, Siti Nurbaya. Tentu saja pertunjukkan ini merupakan plesetan dari roman itu. Tokoh-tokoh roman itu, Datuk Meringgih, Siti Nurbaya, dan Samsulbahri, dibumbui oleh tokoh-tokoh plesetan kreasi Ludruk, seperti Mbah Dukun, dua ajudan Datuk Meringgih. Alur cerita pertunjukkan memang di-set melenceng dari roman karya Marah Rusli itu. Diceritakan bahwa Siti Nurbaya yang telah menikah dengan Datuk Meringgih –diceritakan sebagai pengusaha franchise warung nasi padang se-Indonesia- berselingkuh dengan Samsulbahri. Maka, Datuk Meringgih pun mencari cara untuk mengatasi masalah itu. Yang menarik, Ludruk dapat membungkus pertunjukkan ini menjadi sangat menarik dengan guyonan yang “nyeleneh”, lengkap dengan aksi-aksi yang tidak terduga. Lelucon-lelucon yang disuguhkan juga amat akrab karena berlatar belakang isu-isu yang beredar di ITB, mulai dari Campus Center sampai SBM (diplesetkan menjadi Sekolah Bisnis Minang –tempat Siti Nurbaya sekolah). Bahkan, penonton pun turut dilibatkan: digoda oleh para Dharma Wanita Ludruk, diajak berkomunikasi dengan dukun, dsb. Suasana ceria dan penuh gelak tawa memenuhi Aula Timur hingga menjelang tengah malam itu. Sepulang dari pertunjukkan Ludruk, baru terasa lelahnya otot pipi karena berjam-jam tertawa. Di tengah tugas-tugas dan ujian yang menumpuk dan membuat otak penat, Ludruk menjadi salah satu opsi hiburan yang menyenangkan! Krisna Murti update 22/12/04 01.22 am