Pagelaran Seni Tutup Rangkaian Acara Ewako

Oleh Fathir Ramadhan

Editor Fathir Ramadhan

BANDUNG, itb.ac.id - Unit Kesenian Sulawesi Selatan (UKSS) menyelenggarakan Pagelaran Kesenian Ewako! di Aula Timur ITB, Minggu (20/11/11). Acara ini sekaligus menutup rangkaian acara Dies UKSS ke-39 Ewako! yang sudah didahului Festival Kuliner Sulawesi Selatan Jumat (21/10/11).
Pagelaran terdiri atas nyanyian, puisi, serta tarian khas Sulawesi Selatan yang semuanya dibawakan menggunakan pakaian khas Sulawesi Selatan. Rangkaian nyanyian, puisi dan tarian ini bergabung menjadi satu drama tentang perjuangan melawan penjajah VOC pada akhir abad ke-17. Acara kali ini kembali mengangkat tagline Ewako yang berarti semangat dalam bahasa Makassar. Berkali-kali kata Ewako diucapkan dalam drama yang menunjukkan semangat rakyat Sulawesi Selatan dalam perjuangannya melawan penjajah.

Drama yang dipentaskan mengambil setting waktu perang antara kerajaan Gowa dengan VOC Belanda. Drama mengisahkan pemuda pembuat kapal I Makkuruni yang kemudian menjadi perwira kerajaan Gowa dan bersama pasukannya berhasil menenggalamkan lima kapal perang Belanda dalam pertempuran di Laut Bonerate. Dalam drama ini ditarikan lima buah tarian khas Sulawesi Selatan yaitu Tari Padduppa', Tari Pakarena, Tari Marendeng Marampa, Tari 4 Etnis, dan Tari Gandrang Bulo. Salah satu hal unik lainnya dalam pagelaran ini yaitu pengunjung diberikan katto-katto, yaitu salah alat musik perkusi khas Sulawesi Selatan yang terbuat dari bambu sehingga pengunjung dapat ikut memberikan irama musik pada saat drama dimainkan.


Kenalkan Budaya Sulawesi Selatan

Dalam sambutannya, Firmansyah Kasim (Teknik Elektro 2009) selaku Ketua Panitia Ewako berharap rangkaian acara Ewako ini dapat mengenalkan budaya Sulawesi Selatan kepada masyarakat pada umumnya dan mahasiswa ITB pada khususnya. Acara ini dipadati oleh pengunjung, terbukti dari penuhnya kursi di Aula Timur saat pagelaran berlangsung.

Harapan Firman untuk mengenalkan kebudayaan Sulawesi Selatan kepada masyarakat selain civitas akademika ITB seakan terjawab ketika ada salah satu pengunjung yang berasal dari Universitas Padjajaran. "Acaranya seru, keren, saya suka walaupun saya bukan dari Makassar. Dari acara ini juga terasa sekali semangatnya terutama dari para pemain dramanya. Kostum yang digunakan pemain juga sudah sangat khas Makassar," tutur Desi, mahasiswi dari jurusan manajemen Universitas Padjajaran.

Oleh Gilang Ariawan Wicaksono