Pameran Susur Karsa, Belajar dari Masyarakat Ala Pelita Muda ITB

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

JATINANGOR, itb.ac.id — Pelita Muda Institut Teknologi Bandung (ITB) merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) rumpun keilmuan mendorong anggotanya senantiasa melihat kondisi masyarakat untuk memupuk rasa empati, menajamkan kepekaan sosial, dan menumbuhkan kesadaran untuk memajukan bangsa. Keilmuan yang ditekuni di UKM ini adalah penjelajahan, social mapping, design thinking, dan jurnalistik. Salah satu bentuk aktualisasi yang dilakoni adalah perjalanan mengeksplorasi daerah-daerah berkembang maupun tertinggal di setiap sudut negeri.

Pada Sabtu (16/09/2023), Pelita Muda menggelar Pameran Susur Karsa di Plumeria Cafe & Creative Space, Jatinangor. Pengunjung diajak ikut menyusuri perjalanan anggota Pelita Muda menjelajahi Desa Buniara (Subang), Kampung Cikakak (Garut), Desa Panawa (Garut), Desa Sukakerti (Subang), dan Desa Sukasari (Purwakarta).

Karya-karya yang dipertontonkan adalah final project spesialisasi anggota muda. Mereka hidup di tengah masyarakat selama seminggu untuk memetakan potensi dan masalah dengan ilmu social mapping. Selanjutnya, digunakan ilmu design thinking untuk menggodok solusi dari permasalahan yang merebak di tengah masyarakat sehingga menghasilkan sebuah teknologi tepat guna. Melalui foto, video, catatan perjalanan, dan artefak dari setiap desa, mereka mengisahkan perjalanan yang telah dilalui.

Putri Aulia (OS, 21) membagikan pengalamannya ketika berada di Desa Panawa yang terpaut jarak 70 km dari ITB. “Saya melihat kemolekan Panawa yang tersembunyi, perekonomiannya terhambat, dan kemajuan teknologinya masih minim karena akses jalan menuju desa rusak parah. Kami hampir menyerah di perjalanan saking sulitnya medan yang harus ditempuh. Tapi, kami belajar untuk melakukan manajemen diri dan tim,” tutur Putri.

Dia mengaku keilmuan yang telah diajarkan di Pelita Muda sangat membantu proses pembelajaran di tengah masyarakat. “Social mapping membuat kami mampu lebih lugas untuk bertanya, lebih mudah akrab, dan menghilangkan sekat pemisah dengan masyarakat,” katanya.

Selain itu, dengan ilmu jurnalistik, dirinya bisa merekam semua aktivitas, setiap jengkal keindahan Panawa, dan permasalahannya sehingga bisa mencuat ke khalayak luas.

“Ketika menggali permasalahan di masyarakat, ternyata design thinking membuat saya belajar untuk melihat permasalahan dari sisi mereka. Belum tentu apa yang kami rasakan sebagai masalah juga menjadi masalah di masyarakat. Kami juga mempraktikkan langsung ilmu penjelajahan, seperti navigasi, survival, dan medik untuk bertahan di sini,” ujar komandan operasional tim Desa Panawa itu.

Selain pameran, terdapat talk show mengenai urgensi perjalanan di Pelita Muda. “Kami datang ke masyarakat bukan sebagai orang yang lebih tahu atau lebih tinggi. Justru kami menempatkan diri seperti selembar kertas putih kosong, yang datang untuk belajar, dengan harapan bisa terisi penuh ketika pulang,” kata Kepala Suku Pelita Muda, Firda Rahmania Bandjar (MT, 20).

Di sisi lain, pengunjung dapat menjajal pelatihan fotografi dan ikut menikmati video dokumenter perjalanan Pelita Muda. Pameran itu dihadiri 100 orang dari berbagai kalangan.

“Dengan pameran ini, kami berharap civitas academica ITB maupun masyarakat umum bisa lebih mengenal kearifan lokal yang ada di Indonesia dan tergerak untuk belajar dari masyarakat di luar tembok tinggi kampus,” ungkap ketua pelaksana pameran, Naufal Nur Fauzan Manaf (DI, 21).

Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)

Editor: M. Naufal Hafizh