Partisipasi Mahasiswa ITB dalam Pembekalan Relawan Gempa Jawa Barat
Oleh prita
Editor prita
BANDUNG, itb.ac.id - Menindaklanjuti program tanggap darurat bencana gempa Jawa Barat, Keluarga Mahasiswa ITB kembali mengadakan kunjungan ke daerah bencana pada Minggu (27/09/09). Berbeda dengan sebelumnya, kunjungan ini dilakukan bersama-sama dengan perwakilan universitas-universitas lain di Jawa Barat serta pemerintah. Kunjungan yang merupakan bagian dari kegiatan pembekalan mahasiswa relawan gempa Jawa Barat, seharusnya merupakan persiapan verifikasi data korban gempa, namun akhirnya hanya ditujukan untuk observasi daerah bencana.
Kunjungan ke daerah bencana yang terletak di Pangalengan merupakan bagian dari pembekalan relawan yang awalnya bertugas sebagai tim verifikasi data kerusakan bangunan akibat bencana gempa. Pembekalan berlangsung di gedung Dinas Perumahan dan Permukiman pada Sabtu-Minggu (26-27/09/09), dengan melibatkan diantaranya mahasiswa ITB dari program Studi Arsitektur, Teknik Sipil, dan perwakilan berbagai prodi lain, dengan membawa nama KM ITB. Sebelum kunjungan dilakukan, para relawan dibekali pengetahuan mengenai gempa dan SOP rescue serta recovery, kondisi daerah setempat, serta teknis kegiatan yang akan dilakukan.
Para relawan kemudian dibagi ke dalam 4 desa, yaitu Margamukti, Margamulya, Sukamanah, dan Pangalengan. Di setiap desa, para relawan dibagi lagi ke dalam tim kecil sesuai dengan jumlah RW yang ada. Para relawan mengobservasi kondisi sekitar, dilihat dari kerusakan rumah dan lingkungan, kesehatan, dan sosial ekonomi. Sebagian relawan juga mengadakan pendataan kasar kondisi rumah penduduk yang terkena gempa.Sebagai contoh, di desa Margamukti, salah satu desa yang dikunjungi oleh mahasiswa arsitektur ITB, kondisi rumah dan lingkungan warga ternyata tidak hanya rusak oleh gempa, tetapi juga oleh banjir yang setiap tahun melanda. Dari hasil observasi dan pengumpulan data, diharapkan para mahasiswa dapat mengusulkan gagasan teknik dan jenis rekonstruksi yang tepat bagi warga.
Sebagai bagian dari tahap pra-rekonstruksi daerah korban gempa, program pembekalan dan kunjungan relawan gempa merupakan inisiasi dari Kementrian Perumahan Rakyat yang mengajak kerjasama Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma ITB. Rencana kerjasama kemudian berkembang dengan melibatkan Keluarga Mahasiswa ITB, BEM UNPAD, dan sejumlah organisasi mahasiswa lain yang diantaranya berasal dari ITENAS, UPI, UNPAR, dsb. Bertindak sebagai koordinator relawan yaitu mahasiswa program studi Arsitektur ITB; A. Zuhdi Allam, Ganesha G. Mangkusubroto, dan Robbi Z. Ilman.
Untuk proses verifikasi data korban bencana gempa dengan metode sampling, diperlukan sekitar 200 orang relawan. Sayangnya, proses verifikasi yang direncanakan berlangsung pada 28-30 September 2009, batal melibatkan tenaga mahasiswa. Proses tersebut akhirnya diputuskan diambil alih oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Sementara untuk tahap rekonstruksi, pihak Menpera yang diwakili Ramalis Subandi berharap agar mahasiswa dapat menjadi tenaga pendamping bagi para korban. Namun mengenai rencana kerjasama selanjutnya, Ramalis sendiri belum dapat memberikan kepastian mengenai hal tersebut.
Para relawan kemudian dibagi ke dalam 4 desa, yaitu Margamukti, Margamulya, Sukamanah, dan Pangalengan. Di setiap desa, para relawan dibagi lagi ke dalam tim kecil sesuai dengan jumlah RW yang ada. Para relawan mengobservasi kondisi sekitar, dilihat dari kerusakan rumah dan lingkungan, kesehatan, dan sosial ekonomi. Sebagian relawan juga mengadakan pendataan kasar kondisi rumah penduduk yang terkena gempa.Sebagai contoh, di desa Margamukti, salah satu desa yang dikunjungi oleh mahasiswa arsitektur ITB, kondisi rumah dan lingkungan warga ternyata tidak hanya rusak oleh gempa, tetapi juga oleh banjir yang setiap tahun melanda. Dari hasil observasi dan pengumpulan data, diharapkan para mahasiswa dapat mengusulkan gagasan teknik dan jenis rekonstruksi yang tepat bagi warga.
Sebagai bagian dari tahap pra-rekonstruksi daerah korban gempa, program pembekalan dan kunjungan relawan gempa merupakan inisiasi dari Kementrian Perumahan Rakyat yang mengajak kerjasama Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma ITB. Rencana kerjasama kemudian berkembang dengan melibatkan Keluarga Mahasiswa ITB, BEM UNPAD, dan sejumlah organisasi mahasiswa lain yang diantaranya berasal dari ITENAS, UPI, UNPAR, dsb. Bertindak sebagai koordinator relawan yaitu mahasiswa program studi Arsitektur ITB; A. Zuhdi Allam, Ganesha G. Mangkusubroto, dan Robbi Z. Ilman.
Untuk proses verifikasi data korban bencana gempa dengan metode sampling, diperlukan sekitar 200 orang relawan. Sayangnya, proses verifikasi yang direncanakan berlangsung pada 28-30 September 2009, batal melibatkan tenaga mahasiswa. Proses tersebut akhirnya diputuskan diambil alih oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Sementara untuk tahap rekonstruksi, pihak Menpera yang diwakili Ramalis Subandi berharap agar mahasiswa dapat menjadi tenaga pendamping bagi para korban. Namun mengenai rencana kerjasama selanjutnya, Ramalis sendiri belum dapat memberikan kepastian mengenai hal tersebut.