Pecahkan Kasus Food Waste, Tim ITB Juara 1 International Case Study Competition PGD UI 2024

Oleh Raja Parmonang Manurung - Mahasiswa Teknik Pertambangan, 2021

Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id - Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) meraih juara pertama di International Case Study Competition (I-CAST) dalam Process Engineering and Energy Days (PGD) UI 2024, yang diselenggarakan Universitas Indonesia.

I-CAST menyediakan platform bagi mahasiswa dari berbagai jurusan di seluruh dunia untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang beragam terkait isu-isu global dalam kasus-kasus industri. Proses ini dilakukan dengan mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan, dampak ekonomi, pemberdayaan komunitas sosial, bahkan perilaku budaya.

Tahapan perlombaan ini mulai dari pengumpulan abstrak, full paper, hingga presentasi. Pada tahun ini, I-CAST bertema “Utilization of Agricultural and Food Waste for The Production of Sustainable Organic Fertilizer”. Adapun grand final dilaksanakan di Fakultas Teknik UI, pada 28 April 2024.

Tim dari ITB bernama Team Tam yang beranggotakan I Gusti Bagus Parama Dwityatmaja dan Eva Monica Anandhita. Mereka mengusulkan solusi penanganan food waste dan agrikultur yang mengedepankan circular economy dengan judul “Production of Sustainable Organic Cultivating Waste to Treasure: Production of Sustainability Organic Fertilizer through Solid Fatty Acid Incorporation Utilizing Automation 4.0 for Dairy Manure in Babakan Ampera Village, West Java”.

“Konsepnya, kami mengubah food and agricultural waste menjadi organic fertilizer,” ucap Parama.

Namun, terdapat tantangan pada kasus tersebut. “Kami diberikan batasan bahwa diharuskan menggunakan Black Soldier Fly (BSF) untuk produksi pupuk organik,” ujar Eva. Eva menambahkan bahwa BSF ini memiliki batasan, yakni memiliki daur hidup yang lama, biodegradasi yang lambat, dan budidayanya yang sulit. Pupuk yang diperoleh dari pengolahan BSF juga tidak sebaik pupuk komersial saat ini.

   

Kedua mahasiswa ITB ini menawarkan solusi yang rinci. “Kami bagi solusi menjadi beberapa stages atau tahap, yakni waste receiving, waste pre-processing, rearing unit, treatment, product harvesting, dan residue harvesting yang diiringi dengan larva refining,” ujar Parama.

“BSF ini akan berperan pada fase treatment dan pada larva refining, larva yang sudah dewasa akan dijadikan pakan ayam dan ikan,” kata Eva. Tidak hanya pada proses, Parama dan Eva juga menawarkan solusi pada aspek rantai pasok agar distribusi pupuk lebih efisien secara ekonomi dan dapat sampai kepada petani setempat.

Perjuangan Team Tam bukanlah hal mudah. “Sebenarnya, waktu itu adalah waktu chaos-nya ujian. Aku ingat banget, Jumat-nya ada ujian, padahal Sabtu harus lomba ke UI,” ucap Eva.

“Kami juga baru buat PPT pada hari-H presentasi karena chaos ujian itu. Malam harus naik travel sehingga latihan hanya sedikit,” ujar Parama.

Namun, dari perjuangan ini, Eva dan Parama mendapatkan banyak pengalaman. “Ini benar perjuangan. Intinya, jangan menyerah,” ucap Parama. “Walaupun merasa tersiksa dan banyak pengorbanan dari segi mental dan waktu, tetaplah all in dan lock in sampai akhir,” kata Parama. Eva juga berpesan kepada pembaca untuk dapat mengatur waktu ketika banyak kesibukan khususnya ujian. “Tentunya, cari partner lomba yang seimbang juga adalah kunci,” tutur Eva.

Reporter: Raja Parmonang Manurung (Teknik Pertambangan, 2021)
Dokumentasi: Team Tam