Pelajari Manajemen Risiko,Tiga Mahasiswa ITB Raih Juara ke-3 dalam RICT 2014

Oleh Shabrina Salsabila

Editor Shabrina Salsabila

BANDUNG, itb.ac.id - Pada awal bulan Februari, kabar membanggakan datang dari tiga mahasiswa Manajemen Rekayasa Industri ITB yaitu Daniel Permana Putra, Alexander Kevin, dan Adhitya Bryan (Manajemen Rekayasa Industri 2010) yang menjadi Juara III dalam kompetisi manajemen risiko tingkat nasional, Risk Intellegence Challenge Trophy (RICT) 2014. Dengan menyisihkan 47 tim dari berbagai universitas di Indonesia, tim dari ITB ini mengikuti Grand Final RICT 2014 yang diselenggarakan pada Kamis (06/02/14) di Kantor Pusat Deloitte Indonesia, Jakarta.

RICT 2014 merupakan perlombaan manajemen risiko yang diselenggarakan oleh Deloitte sebuah perusahaan konsultan multinasional yang berpusat di New York, Amerika Serikat. Kompetisi ini telah beberapa kali diadakan di tingkat Asia Tenggara, namun untuk di Indonesia sendiri kompetisi ini baru pertama kali diselenggarakan pada tahun ini. Tak hanya sebagai ajang untuk aktualisasi diri, ketiga mahasiswa MRI yang tergabung dalam Tim NDO tersebut mengikuti kompetisi ini untuk membawa nama MRI sebagai program studi baru di ITB ke kancah nasional. "Kami juga ingin membuat MRI terkenal," ujar Kevin.

Untuk memenangkan kompetisi ini, Tim NDO ini harus melalui tiga tahap penyaringan. Pada tahap pertama peserta diminta untuk membuat essay mengenai dampak positif dan negatif dari ketergantungan pada gadget. Untuk membuat essay tersebut Tim NDO tak hanya mencari informasi dari artikel dan internet tapi juga melakukan survey agar data yang dihasilkan menjadi lebih valid. Selain itu materi di bangku kuliah pun sangat membantu Tim NDO dalam kompetisi ini. "Materi perkuliahan di MRI sangat membantu kami dalam perlombaan ini khususnya perkuliahan Manajemen Risiko, Analisis Kelayakan Usaha, dan Praktikum Manajemen Proyek," ujar Kevin.

Pada tahap kedua, peserta kompetisi melakukan sebuah presentasi kasus bisnis yang dilaksanakan pada Kamis (23/01/14) mengenai Telcoinabox sebuah perusahaan penyedia jasa komunikasi yang dapat menjangkau daerah terpencil dalam kasus ini Papua, namun di lain pihak bisnis ini menyalahi hukum karena menggunakan server dari luar negeri. Presentasi ini dilakukan di hadapan juri yang merupakan senior manager Deloitte Indonesia. "Dalam penyusunan bahan presentasi, kami tidak hanya melakukan analisis risiko dari sisi profit saja tetapi juga dari segi hukum, lingkungan, sosial, bahkan politik seperti OPM dan lain-lain," ujar Adhit yang berniat untuk melanjutkan studi pada bidang bisnis setelah lulus nanti.

Menjadi Best Speaker saat Debat

Pada tahap final Tim NDO lomba dilaksanakan dalam bentuk debat dengan tema hukum manajemen bencana pada perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Walaupun kompetisi ini dilaksanakan di Indonesia seluruh tahapan pada perlombaan ini dilakukan dengan bahasa Inggris. Tentunya hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi seluruh peserta.

Tak hanya meraih juara ke-tiga pada perlombaan ini, Daniel, salah satu anggota Tim NDO, turut meraih penghargaan sebagai pembicara terbaik saat grand final. Juri menilai Daniel mempu menyampaikan argumen dengan baik dan sistematis pada saat debat dilakukan. "Untuk ke depannya kami bertiga akan lebih fokus mengerjakan tugas akhir dan dapat segera menyelesaikan tugas akhir kami  dengan lancar," ujar Tim NDO serempak menutup wawancara.

 

Sumber gambar: Dok. Pribadi dan www.deloitte.com