Pelaku Usaha Mode Perlu Perbaiki Pengalaman Konsumen dalam Berbelanja saat Pandemi
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
Reza Ashari Nasution, Ph.D (Sumber:SBM ITB)
BANDUNG, itb.ac.id-Pelaku usaha mode dalam perdagangan elektronik perlu memperbaiki pengalaman konsumen dalam mencari dan mencoba pakaian sehingga pengalaman berbelanja di dunia maya bisa menyamai pengalaman di dunia nyata. Hal itu diyakini bisa meningkatkan nilai transaksi mode dalam perdagangan secara daring, terutama saat pandemi Covid-19.
Dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB) Reza Ashari Nasution, Ph.D. mengatakan, mencoba barang secara langsung masih menjadi pertimbangan utama konsumen dalam membeli produk mode. Dengan demikian, konsumen masih memilih jalur belanja konvensional dalam membeli produk-produk mode.
Terbukti saat pandemi Covid-19 pun, kenaikan pembelian produk mode melalui perdagangan elektronik tidak tumbuh siginifikan, bahkan kalah tinggi dibandingkan produk elektronik. Reza mengutip hasil survei dari Delloitte yang mengungkapkan bahwa pembelian produk mode mengalami peningkatan sebesar 2%, sedangkan produk elektronik mencapai 4%.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan penjualan produk mode pada perdagangan elektronik, penjual perlu memperbaiki pengalaman konsumen membeli produk. "Perlu ada inovasi digital dalam membeli produk mode, seperti teknologi virtual yang memungkinkan konsumen mencoba pakaian secara daring," kata Reza, Selasa (2/11/2021) dari rilis SBM ITB.
Salah satu teknologi yang bisa diterapkan yakni dengan membuat avatar tiga dimensi. Konsumen memindai ukuran tubuh mereka terlebih dahulu dengan alat pemindai seperti kamera ponsel pintar. Ukuran tubuh ini kemudian diubah menjadi avatar 3 dimensi yang menjadi referensi untuk mencoba baju secara daring.
Teknologi lain yang bisa diterapkan yakni Augmented Reality (AR). Teknologi tersebut membuat pengalaman mencoba baju secara daring semakin mendekati pengalaman mencoba secara langsung. Alih-alih menggunakan avatar tiga dimensi, konsumen bisa langsung menggunaka citra diri mereka yang ditangkap melalui kamera ponsel, lalu mencoba pakaian yang sudah dikonversi menjadi sebuah produk AR.
Pelaku e-commerce juga harus memperhatikan faktor-faktor lain terkait pengalaman konsumen berbelanja secara daring. Faktor-faktor ini bisa mengurangi kesenangan konsumen berbelanja secara daring. "Keamanan bertransaksi, keterlambatan dalam memproses pesanan, ketidaksesuaian antara foto dengan produk riil, kesulitan dalam pengembalian produk, pilihan metode pembayaran yang tidak sesuai dapat mengurangi pengalaman menyenangkan konsumen berbelanja daring," ucap Reza.
Tak hanya bagi penjual, faktor-faktor tersebut juga harus dicermati penyedia platform perdagangan elektronik karena terdapat banyak akun toko yang mereka kelola dengan standar kualitas yang berbeda. Untuk mengatasi hal ini, marketplace menyediakan kolom review bagi konsumen untuk menilai layanan dan produk toko serta memberikan rating bagi toko sebagai indikator kualitas layanan mereka.
Pengalaman konsumen dalam mencari informasi di dunia maya juga perlu diperhatikan penjual perdagangan elektronik. Penjual bisa membantu konsumen mendapatkan informasi dengan memberikan rekomendasi produk dan ulasannya dari pakar.
Sumber: Rilis SBM ITB