Pelatihan Softskill Mahasiswa: Kemampuan Beradaptasi oleh WRM

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

Kantor Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan (WRM) ITB mengadakan serangkaian program reguler untuk melatih softskill mahasiswa ITB. Salah satunya adalah pelatihan kemampuan beradaptasi yang diselenggarakan Sabtu (5/5) di Ruang Multimedia 9231 GKU Timur ITB. Pelatihan ini ditujukan kepada semua mahasiswa ITB tanpa dibatasi. Diawali oleh sesi ice breaking, acara ini berlangsung dalam 5 sesi yang dimulai dari pukul 08.00-16.00 WIB. Dalam pelatihan ini juga diadakan sejumlah simulasi yang dapat mengakrabkan para peserta yang berasal dari berbagai jurusan. Kemampuan beradaptasi adalah salah satu masalah utama yang dialami oleh mahasiswa baru ITB berdasarkan hasil psikotes ketika pendaftaran ulang mahasiswa baru. Yang menjadi pemateri dalam acara pelatihan ini adalah para konselor dari WRM. Ditemui sela-sela pelatihan, Ibu Ciptati, staf ahli WRM, mengatakan bahwa pelatihan ini merupakan program reguler WRM yang dalam setahunnya dapat diselenggarakan lima hingga enam kali dengan materi dan sasaran yang berbeda. Pelatihan-pelatihan semacam ini sendiri sengaja diadakan di tingkat pusat agar para mahasiswa dari berbagai jurusan saling mengenal dan berinteraksi. Pelatihan ini juga merupakan bentuk kepedulian ITB terhadap pengembangan kecerdasan lain selain IQ. Tentang pemberdayaan fasilitas konselor oleh mahasiswa, beliau akui memang belum maksimal dikarenakan publikasi serta sosialisasi yang kurang ketika penerimaan mahasiswa baru. WRM sendiri sampai saat ini telah memiliki sekita 70 tenaga konselor, dengan 60-an konselor aktif. “Kami akan memberdayakan forum konselor dan mensosialisasikannya sejak dini kepada mahasiswa baru, sehingga mahasiswa baru tahu kemana harus berkonsultasi. Dalam waktu dekat kami juga akan melaksanakan program konselor sebaya.” Program konselor sebaya yang dimaksud adalah pelatihan bagi para mahasiswa untuk menjadi konselor bagi teman sebayanya. Ide ini datang dari konsep bahwa bagi remaja, adalah lebih mudah untuk mengkomunikasikan masalah yang sedang dihadapi kepada teman sebayanya daripada menemui konselor. Dengan demikian diharapkan arus informasi tentang masalah-masalah yang sedang dialami oleh mahasiswa yang bersangkutan akan lebih cepat sampai ke pihak yang dapat menanganinya. Namun demikian, untuk para konselor sebaya ini tidak akan diberikan sertifikasi konselor selayaknya konselor yang sebenarnya. Diharapkan pada bulan Juli atau Agustus pelatihan konselor sebaya ini sudah dapat diselenggarakan. Ibu Ciptati mengungkapkan satu penyebab mengapa ITB nampak tidak begitu peduli terhadap pengembangan kecerdasan softskill mahasiswanya, yaitu kurangnya apresiasi masyarakat kampus terhadap program-program yang diadakan oleh WRM. Padahal WRM juga membutuhkan dukungan dari bebagai pihak. Beliau juga mengungkapkan bahwa secara garis besar, dinamika kemahasiswaan di ITB menunjukkan gejala yang lebih positif. Tidak adanya orientasi jurusan menyebabkan para mahasiswa baru tidak tersita waktunya sehingga meraka dapat aktif berkegiatan di berbagai unit. “Dibandingkan dengan tahun-tahun lalu, tahun ini unit-unit paling dinamis. Ini juga akibat dari kesuksesan Open House Unit tahun ini untuk menarik para mahasiswa baru.” “Unit olahraga dan seni merupakan wahana bagi para mahasiswa untuk mengembangkan bakat serta minatnya di bidang selain akademik. Di sana mereka dapat belajar banyak mengenai bagaimana mengembangkan kecerdasan emosi. Maka dari itu kami mengharapkan ke depannya mahasiswa dapt diberi motivasi sehingga setidaknya seorang mahasiswa mengikuti kegiatan di satu unit secara aktif. Jadi satu mahasiswa minimal satu unit,” harap beliau. Tentang perkembangan WRM sendiri, Ibu Ciptati menceritakan tentang telah beroperasinya warnet bantuan dari Pertamina di gedung eks-LPKM (Lembaga Pengembangan Kesejahteraan Mahasiswa; nama terdahulu sebelum diganti oleh Kantor Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan/WRM -red). Perpindahan WRM ke gedung Campus Center Barat pun beliau rasa berdampak sangat positif karena kini fasilitas tersebut lebih aksesibel bagi para mahasiswa. Beliau juga mengungkapkan rencana untuk mengintegrasikan web WRM ke jaringan USDI (Unit Sumber Daya Informasi) tahun ini serta menyebarkan buletin WRM untuk arus komunikasi yang lebih lancar dengan masyarakat kampus. (astriddita)