Pemanfaatan Vermikompos dan Three Sisters, Tim dari Rekayasa Pertanian ITB Runner-Up GSIC
Oleh Helga Evangelina - Mahasiswa Rekayasa Pertanian, 2021
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

GSIC adalah wadah yang berfokus pada pengembangan keprofesian, karya, dan inovasi mahasiswa ITB. Acara ini berada di bawah naungan Kabinet Keluarga Mahasiswa (KM) ITB dan menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mempresentasikan solusi ilmiah serta teknologi terhadap berbagai tantangan global.
Keberhasilan tim ini diraih berkat penelitian inovatif mereka yang berjudul "Analisis Pengaruh Vermikompos pada Sistem Three Sisters terhadap Dinamika Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) dan Kadar Fosfat Tanah sebagai Penerapan Pertanian Berkelanjutan.”
Penelitian ini berfokus pada sistem pertanian Three Sisters, yaitu teknik polikultur tradisional yang mengombinasikan tiga jenis tanaman. Dalam penelitian ini, tanaman yang ditanam adalah jagung, kacang panjang, dan labu. Ketiga tanaman ini ditanam secara bersamaan karena memiliki hubungan simbiosis yang saling menguntungkan. Inovasi yang dilakukan oleh tim ini adalah dengan menambahkan vermikompos, yaitu pupuk organik berbasis kotoran cacing yang mengandung mikroba bermanfaat, termasuk Bakteri Pelarut Fosfat (BPF).
Penggunaan vermikompos dalam sistem ini bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah secara alami, mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia, serta menciptakan metode pertanian yang lebih ramah lingkungan.
“Penelitian kami memberikan gambaran awal mengenai penerapan pertanian berkelanjutan yang dapat memperbaiki kondisi tanah, meningkatkan hasil panen, serta meningkatkan biodiversitas. Selain itu, penelitian kami membuktikan adanya potensi bakteri pelarut fosfat dalam menyediakan fosfat secara berkelanjutan untuk tanaman yang berujung pada peningkatan hasil panen,” ujar Sakura.
Penelitian ini berlangsung selama empat bulan, yaitu dari Oktober 2024 hingga Februari 2025, di ITB Kampus Jatinangor. Dalam penelitian ini, tim melakukan serangkaian eksperimen untuk mengamati dinamika jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) dan kadar fosfat dalam tanah selama siklus pertumbuhan tanaman.
Penelitian ini menunjukkan bahwa populasi bakteri pelarut fosfat (BPF) meningkat pesat pada tahap awal pertumbuhan tanaman dan mencapai jumlah tertinggi saat tanaman memasuki fase perkembangan. Setelah itu, jumlah BPF berkurang, kemungkinan akibat meningkatnya penyerapan fosfat oleh tanaman serta perubahan kondisi tanah.
Sementara itu, kadar fosfat dalam tanah mengalami fluktuasi sepanjang penelitian. Pada awalnya, kadar fosfat menurun, kemudian meningkat seiring dengan aktivitas bakteri, sebelum akhirnya kembali berkurang ketika tanaman mulai menyerap fosfat dalam jumlah lebih besar untuk mendukung pertumbuhannya.
Menurut tim, hasil ini menunjukkan bahwa kombinasi sistem Three Sisters dengan vermikompos dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kesuburan tanah secara alami tanpa harus bergantung pada pupuk kimia yang berpotensi merusak lingkungan dalam jangka panjang.
Dalam penelitian ini, tim mendapat bimbingan dari dosen Kelompok Keahlian Ekologi SITH ITB Sartika Indah Amalia Sudiarto, S.Si., M.Sc., Ph.D., yang turut mengapresiasi kerja keras tim.
"Keberhasilan ini merupakan bukti dedikasi, kerja keras, dan semangat pantang menyerah dalam mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Saya bangga atas usaha serta semangat yang ditunjukkan oleh tim. Semoga pencapaian ini menjadi landasan bagi kesuksesan dan inovasi selanjutnya," ujarnya.
Tim berharap bahwa penelitian mereka dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pertanian berkelanjutan. Dengan mengoptimalkan mikroorganisme tanah dan sistem polikultur, pertanian dapat menjadi lebih produktif tanpa merusak ekosistem tanah.
“Banyak yang mengira kesuburan tanah hanya bisa ditingkatkan dengan pupuk kimia, padahal ada solusi alami yang lebih ramah lingkungan, seperti bakteri pelarut fosfat dan sistem tanam yang mendukung ekosistem, seperti Three Sisters. Tanah bukan sekadar media tanam, tetapi ekosistem hidup yang harus dijaga kesehatannya. Dengan pengelolaan mikroba tanah yang baik, kesuburan bisa dipertahankan tanpa merusak keseimbangan ekosistem,” kata Rosdiana.
Keberhasilan tim ini dalam GSIC 2024 ini menjadi bukti bahwa inovasi di bidang pertanian berkelanjutan memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut. Semoga prestasi ini menjadi awal dari langkah besar dalam mengembangkan teknologi pertanian yang berkelanjutan.
Reporter: Helga Evangelina (Rekayasa Pertanian, 2021)