Pengabdian HMF Ars Praeparandi: Farmasi Pedesaan XII
Oleh niken
Editor niken
BANDUNG, itb.ac.id - Farmasi Pedesaan merupakan suatu program pengabdian masyarakat yang dilaksanakan sebanyak dua tahun sekali oleh Himpunan Mahasiswa Farmasi (HMF) Ars Praeparandi Institut Teknologi Bandung. Farmasi Pedesaan pertama kali diadakan oleh mahasiswa farmasi pada tahun 1984, di mana saat itu Farmasi Pedesaan merupakan pengganti kuliah kerja nyata di program studi farmasi.
Setelah sebelumnya mengadakan survey ke beberapa desa di wilayah Cianjur dan Garut, akhirnya Farmasi Pedesaan XII dilaksanakan mulai tanggal 6 hingga 13 Agustus 2008 di desa Sindangsari, Cigedug, Garut. Desa Sindangsari merupakan desa yang memang sudah terjamah aliran listrik dan beberapa teknologi lainnya, warga pun sebagian besar memiliki mata pencaharian menjadi peternak dan petani. Namun, sangat disayangkan kesadaran warga desa tersebut akan pentingnya kebersihan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari masih sangat kurang. Farmasi Pedesaan XII memiliki 5 program utama, yaitu Kuliah Keluarga Sehat (KKS), Tanaman Obat Keluarga (TOGA), Pengolahan Sampah dan Limbah, Training Pemuda Mandiri, serta Pengobatan Gratis.
Kuliah Keluarga Sehat (KKS) dilatarbelakangi kondisi lingkungan desa yang kurang menunjang untuk terlaksananya pola hidup sehat serta masih minimnya pemahaman masyarakat akan pentingnya lingkungan yang sehat, sehingga pada KKS ini warga diberikan penyuluhan antara lain mengenai bagaimana sanitasi lingkungan yang baik. Selain itu, anak-anak SD diberikan penyuluhan mengenai bagaimana mencuci tangan dan menggosok gigi yang baik. Tanaman Obat Keluarga (TOGA) merupakan kegiatan penanaman apotek hidup di daerah sekitar tempat tinggal warga, bertujuan untuk meningkatkan wawasan masyarakat tentang khasiat dan cara pemanfaatan tanaman disekitar mereka untuk pengobatan, sehingga masyarakat mampu melakukan pengobatan sendiri menggunakan tanaman secara benar, tanpa harus melakukan pengobatan ke puskesmas yang letaknya jauh dari desa.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, sebagian besar warga memiliki mata pencaharian beternak. Di desa ini, para peternak sapi masih belum memikirkan dampak dan manfaat apa yang ada dari kotoran ternak tersebut. Bagi para peternak, yang penting adalah mendapatkan hasil susu perahannya. Oleh karena itu, Farmasi Pedesaan mengadakan penyuluhan Pengolahan Sampah dan Limbah yang baik, seperti menjadikan kotoran sapi tersebut menjadi energi alternatif berupa biogas bagi warga sekitar.
Farmasi Pedesaan ini direncanakan tidak hanya berlangsung selama 1 minggu saja, tetapi berkelanjutan. Program Training Pemuda Mandiri, salah satunya merupakan program yang rencananya dilaksanakan berkelanjutan. Training Pemuda Mandiri ini bukanlah training mengenai kefarmasian, namun training mengenai hal-hal lain yang sesuai dengan mata pencaharian di wilayah desa Sindangsari. Salah satu tema yang akan diambil untuk training ini adalah "entrepreneurship", untuk menjadikan para pemuda-pemuda di desa tersebut memiliki jiwa enterpreneur.
Program-program Farmasi Pedesaan diberikan kepada 10 rukun warga (RW) yang masing-masing RW terdiri dari sekitar 150 kepala keluarga. Penyampaian program dilaksanakan per RW, sehingga materi-materi yang disampaikan dapat lebih efektif.
"Semoga acara Farmasi Pedesaan ini bisa berlangsung berkelanjutan dan dapat menjadikan suatu desa berkembang," ungkap Luna dan Made (FA05) selaku panitia pelaksana Farmasi Pedesaan XII.
Kuliah Keluarga Sehat (KKS) dilatarbelakangi kondisi lingkungan desa yang kurang menunjang untuk terlaksananya pola hidup sehat serta masih minimnya pemahaman masyarakat akan pentingnya lingkungan yang sehat, sehingga pada KKS ini warga diberikan penyuluhan antara lain mengenai bagaimana sanitasi lingkungan yang baik. Selain itu, anak-anak SD diberikan penyuluhan mengenai bagaimana mencuci tangan dan menggosok gigi yang baik. Tanaman Obat Keluarga (TOGA) merupakan kegiatan penanaman apotek hidup di daerah sekitar tempat tinggal warga, bertujuan untuk meningkatkan wawasan masyarakat tentang khasiat dan cara pemanfaatan tanaman disekitar mereka untuk pengobatan, sehingga masyarakat mampu melakukan pengobatan sendiri menggunakan tanaman secara benar, tanpa harus melakukan pengobatan ke puskesmas yang letaknya jauh dari desa.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, sebagian besar warga memiliki mata pencaharian beternak. Di desa ini, para peternak sapi masih belum memikirkan dampak dan manfaat apa yang ada dari kotoran ternak tersebut. Bagi para peternak, yang penting adalah mendapatkan hasil susu perahannya. Oleh karena itu, Farmasi Pedesaan mengadakan penyuluhan Pengolahan Sampah dan Limbah yang baik, seperti menjadikan kotoran sapi tersebut menjadi energi alternatif berupa biogas bagi warga sekitar.
Farmasi Pedesaan ini direncanakan tidak hanya berlangsung selama 1 minggu saja, tetapi berkelanjutan. Program Training Pemuda Mandiri, salah satunya merupakan program yang rencananya dilaksanakan berkelanjutan. Training Pemuda Mandiri ini bukanlah training mengenai kefarmasian, namun training mengenai hal-hal lain yang sesuai dengan mata pencaharian di wilayah desa Sindangsari. Salah satu tema yang akan diambil untuk training ini adalah "entrepreneurship", untuk menjadikan para pemuda-pemuda di desa tersebut memiliki jiwa enterpreneur.
Program-program Farmasi Pedesaan diberikan kepada 10 rukun warga (RW) yang masing-masing RW terdiri dari sekitar 150 kepala keluarga. Penyampaian program dilaksanakan per RW, sehingga materi-materi yang disampaikan dapat lebih efektif.
"Semoga acara Farmasi Pedesaan ini bisa berlangsung berkelanjutan dan dapat menjadikan suatu desa berkembang," ungkap Luna dan Made (FA05) selaku panitia pelaksana Farmasi Pedesaan XII.