Pengabdian Masyarakat Tim Peduli Pesisir ITB di Desa Ujungjaya, Kenalkan Pengelolaan Mangrove
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
BANTEN, itb.ac.id - Desa Ujungjaya terletak di Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten. Daerah pesisir ini memiliki kekayaan mangrove yang melimpah. Namun, pelestarian dan pengelolaan mangrove kerap terhambat. Lantaran sering berseberangan dengan pemilik tambak udang serta minimnya pengetahuan masyarakat di sana.
Oleh karena itu, Tim Peduli Pesisir yang terdiri dari beberapa mahasiswa ITB ini, tergerak untuk melakukan pengabdian di desa yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) ini.
Program pertama adalah pengenalan wanamina. Wanamina merupakan cara untuk meningkatkan produktivitas hasil tambak yang dilakukan dengan memadukan usaha perikanan dan penanaman mangrove.
"Wanamina penting diterapkan di Desa Ujungjaya agar konservasi mangrove dan budi daya tambak dapat berjalan berdampingan. Terdapat rawa di Desa Ujungjaya yang sangat cocok untuk pengairan wanamina ini," tutur salah satu anggota tim, Nadia Salsabila (OS 21).
Nadia mengungkapkan wanamina memberikan banyak keuntungan. Seperti susunan pematang tambak dinilai akan menjadi kuat, karena jalinan akar-akar mangrove. "Semakin luas tutupan mangrove, maka akan meningkatkan produksi perikanan budi daya pula. Hal ini tentu dapat mendongkrak pendapatan petani ikan," ucapnya.
Dengan adanya wanamina dapat tercipta sabuk hijau di pesisir (coastal green belt) yang turut mendukung program mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim global.
Konsep pengenalan wanamina ini dikemas dalam kegiatan materi dan workshop. Yusran Nurdin dari Yayasan Blue Forest didapuk menjadi pembicara. Lalu kegiatan tersebut dibuka oleh dosen pembimbing, Dr. Ir. Andri Slamet Subandrio, Dipl. Geol., dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB.
Selanjutnya dilaksanakan lomba pembuatan maket wanamina secara berkelompok. Masyarakat dari kalangan pemuda, perangkat desa, dan pemerhati lingkungan Desa Ujungjaya bersama-sama ikut meramaikan lomba pada Minggu, (11/06/2023).
Menyadari potensi dan manfaat tumbuhan mangrove, Tim Peduli Pesisir juga mencoba mengolahnya menjadi beberapa produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi.
"Kami membuat tepung dari buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza), sabun padat dari ekstrak daun mangrove, sabun cair dari buah pedada (Sonneratia caseolaris), selai dari buah nipah, dan tinta batik dari buah mangrove," ungkap salah satu anggota tim, Taufa Indrawan (MS 21).
Selain itu, mereka juga melakukan kegiatan membuat tinta batik, yang pesertanya adalah anak-anak SDN 01 Ujungjaya dan SDN 02 Ujungjaya. Para siswa dikenalkan dengan pelbagai manfaat mangrove yang akrab ditemui di lingkungan mereka. Setiap anak mendapatkan selembar kain dan diajarkan cara membuat batik jumputan dengan tinta hasil olahan buah mangrove.
Kegiatan tersebut dilangsungkan pada Rabu dan Kamis (14-15/6/2023) serta mendapat sambutan antusias dari para siswa.
Sosialisasi pengelolaan produk lainnya digelar pada (21/06/2023) dan ditujukan untuk anggota PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) Desa Ujungjaya. Para peserta diterangkan cara membuat tepung, selai, dan sabun.
"Kami juga mengajak ibu-ibu PKK untuk mempraktikkan langsung pembuatan sabun padat. Mereka bisa membawa buah tangan berupa selai, sabun cair, maupun sabun padat yang telah kami buat sebelumnya. Untuk tepung tidak dapat kami demonstrasikan langsung karena saat ini belum musim buah lindur," jelas Taufa.
Ia berharap agar nantinya masyarakat mampu mandiri dan kreatif untuk mengolah mangrove sehingga akan meningkatkan pendapatan dan membangun UMKM desa.
Kegiatan terakhir yang dilakukan adalah rekam jejak tsunami Selat Sunda 2018. Menurut salah satu anggota tim, yakni Filan Muhammad (OS 20), program ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi tsunami dari sudut pandang warga sekitar TNUK.
Beberapa narasumber yang kami temui bahkan terkena gelombang tsunami secara langsung, rumahnya hancur total, dan keluarganya menjadi korban jiwa," ucapnya.
Filan menyebut hasil wawancara tersebut akan dipublikasikan dalam bentuk buku dan video dokumenter yang dapat dikonsumsi oleh khalayak umum. Rekam jejak ini diharapkan dapat merawat ingatan bencana tsunami Selat Sunda 2018 dan mimpi dari para penyintas bencana dapat tersampaikan ke pemerintah pusat agar dapat ditindaklanjuti.
Kemudian, ketua tim Muhammad Zeva (OS 21) mengaku pengabdian masyarakat yang dilakukan timnya selama 1 bulan ini, banyakk memberikan pengalaman yang positif.
Pengabdian masyarakat selama 1 bulan ini menempa kami dalam banyak hal, mengasah keterampilan dan kepedulian kami. Tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri, tapi juga memberi arti untuk kelestarian alam sekitar, khususnya pesisir," tuturnya.
Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)