Pengembangan Metode Pengajaran Astronomi di Indonesia melalui Network for Astronomy School Education
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Lokasi geografis Indonesia yang dilewati garis khatuliswa dan memiliki tiga zona waktu menjadikan peluang emas untuk mengembangkan ilmu serta teknologi antariksa. Namun, pendidikan astronomi di Indonesia masih jarang tersedia, terutama dalam hal praktik secara langsung oleh pelajar. Hal ini menyebabkan minat masyarakat Indonesia terkait ilmu ini tidak tersalurkan dengan baik.
Seiring dengan majunya sains dan teknologi, terjadi pengembangan metode pengajaran astronomi oleh para pengajar. Metode yang digunakan semakin kreatif dan atraktif. Dengan demikian, Program Studi Astronomi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Teknologi Bandung (ITB)—yang termasuk kalangan astronom profesional—berkolaborasi dengan Institut Teknologi Sumatera (Itera) serta International Astronomical Union (IAU) untuk melakukan pelatihan dasar Network for Astronomy School Education (NASE). Pelatihan ini dapat diikuti oleh guru SMA, khususnya pembina Olimpiade Astronomi, mahasiswa, dan pengurus komunitas astronomi.
Pelatihan NASE
NASE bertujuan untuk mengedukasi para pendidik agar mampu memberikan metode pembelajaran kreatif dalam astronomi. Program yang dibentuk sejak 2009 ini telah bekerja sama dengan profesor di berbagai universitas. Sebagai bentuk adaptasi saat pandemi, NASE 2020 dilakukan secara daring selama tiga hari.
Secara umum, pelatihan ini terbagi menjadi tiga sesi utama, yaitu sesi kuliah umum, sesi workshop, dan sesi working group. Pada sesi kuliah, materi disampaikan oleh staf pengajar Program Studi Astronomi ITB. Materi yang dibawakan terkait sejarah perkembangan astronomi, kehidupan dan evolusi bintang, kosmologi dan tata surya.
Selanjutnya, pada sesi workshop dibahas tentang aneka topik astronomi yang menarik, seperti horizon lokal dan jam matahari, peraga bintang, matahari dan bulan, studi gerhana bulan dan gerhana matahari, dan lain-lain. Dua sesi working group terdiri atas kegiatan diskusi tentang persiapan astronomi dan arkeoastronomi di Indonesia. Kedua sesi ini dipandu oleh enam instruktur lokal, empat di antaranya adalah instruktur lokal Itera yang telah memiliki pengalaman NASE 2018 dan 2019.
Antusiasme Peserta
Kegiatan IAU NASE pada 2020 dihadiri oleh 74 peserta yang datang dari 13 provinsi di wilayah Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian tengah. Tidak hanya tenaga pendidik di perguruan tinggi dan SMA, kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa aktif, perwakilan komunitas, dan pelajar SMA.
Guru yang turut hadir pun bukan hanya guru astronomi, tetapi juga guru yang mengajar di bidang matematika dan fisika. Sebagian besar mahasiswa yang datang merupakan anggota komunitas astronomi di daerah asal atau di universitas. Karena semakin meningkatnya ketertarikan masyarakat terhadap pendidikan astronomi di Indonesia, jumlah peserta NASE 2020 adalah yang terbanyak dibandingkan pelatihan NASE pada tiga tahun sebelumnya.
Program pengabdian masyarakat ini telah dipublikasi di Media Indonesia rubrik Rekacipta ITB pada 10 Agustus 2021 melalui tautan:
https://pengabdian.lppm.itb.ac.id/information/guru_dan_pembelajaran_astronomi_di_indonesia
Reporter: Hanan Fadhilah Ramadhani (Teknik Sipil Angkatan 2019)