Pentingnya Semangat Kewirausahaan UMKM Bagi Kesejahteraan Negara

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung Career Center bekerja sama dengan Kantor Kealumnian ITB kembali menggelar program webinar Saturday Lesson bertema “Urgensi Kewirausahaan dan UKM dalam Aspek Pembangunan Bangsa” (28/08/21).

Dalam rangka penerimaan mahasiswa baru ITB tahun akademik 2021, acara ini menghadirkan Ir. Siti Azizah, MBA sebagai narasumber dengan harapan dapat membekali mahasiswa dan alumni tentang potensi keterampilan kewirausahaan untuk karier masa depan.

Selaku Deputi Bidang Kewirausahaan di Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menegah (UKM), Ir. Siti memaparkan kondisi penggiat usaha saat ini didominasi oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak 64,2 juta. Kontribusi mereka terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sangat besar.

“Pandemi selama dua tahun ini membawa dampak luar biasa bagi pelaku UMKM,” Ir. Siti menekankan.
Dalam survei Bappenas Desember 2020, beberapa masalah non-keuangan terbesar karena pandemi COVID-19 adalah berkurangnya pesanan atau permintaan, kesulitan memperoleh bahan baku, peningkatan harga, dan hambatan dalam distribusi produk usaha.

Di sisi lain, masalah-masalah keuangan yang mengkhawatirkan termasuk gaji tenaga kerja, pengeluaran tetap dan pembayaran tagihan. Meskipun mengalami banyak kesusahan, sekitar 84.8 persen UMKM mulai beroperasi lagi secara normal pada 2021.

Untuk memperbaiki kondisi UMKM yang memprihatinkan, diperlukan program pengembangan kewirausahaan yang dapat mengurangi tingkat pengangguran terbuka dan kemiskinan. Selanjutnya, program ini juga harus mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lewat peningkatan kesadaran serta kualitas usaha masyarakat umum, calon wirausaha, wirausaha pemula dan wirausaha mapan. Hal ini dapat teraktualisasi lewat penciptaan wirausaha muda dan ekosistem yang keberlanjutan, inovatif, produktif, dan mampu menyerap tenaga kerja.

Rancangan ekosistem wirausaha terdiri dari tiga tahap: pra-inkubasi, inkubasi dan insentif kebijakan. Sasaran pra-inkubasi adalah mengidentifikasi karakteristik dan pemetaan potensi pelaku wirausaha. Tahap inkubasi dilakukan melalui lembaga mitra, di mana rancangan tersebut akan memfasilitasi proses inkubasi melalui penyusunan model bisnis dan pelatihan softskills. Proses ini juga memberi dukungan dan persiapan dan visualisasi bagi para pelaku wirausaha. Agar rancangan dapat jalan, insentif kebijakan seperti skema pembiayaan dan afirmasi penting bagi calon wirausahawan.

Salah satu faktor keberhasilan UMKM adalah digitalisasi. Namun, belum semua UMKM di Indonesia terhubung ke dunia digital. “Kaum-kaum milenial yang kita ketahui serba digital dan high-tech. Maka, kita berharap para pelaku UMKM telah terhubung dengan digitalisasi pada masa ini,” Ir. Siti menambahkan.

Dia juga menjelaskan bahwa berbagai pendekatan digitalisasi di aspek-aspek usaha dapat dibantu dengan pendamping dari universitas sampai jejaring ritel. Ancangan ini dilengkapi dengan perbaikan dan tata kelola data untuk analisa dan pengambilan keputusan dalam keberlangsungan UMKM. Lewat model pendekatan ini, new economy value creation dapat tercapai.

Pengembangan wirausaha berbasis teknologi sudah merupakan hal yang wajib bagi perguruan tinggi. Dengan kombinasi pengetahuan IPTEK serta kompetensi penjualan dan kewirausahaan, pola pikir peneliti, wirausaha dan bisnis dapat terbangun lewat komunitas mahasiswa dan magang. “Saya berharap ITB akan menjadi entrepreneurial university yang mampu menciptakan lebih banyak technopreneurship wirausaha muda untuk berkontribusi kepada perekonomian nasional,” dia berpesan kepada para mahasiswa.

Reporter: Ruth Nathania (Teknik Lingkungan, 2019)