Peran Aktif Mahasiswa ITB dalam Demokrasi: Pemilu di Luar Batas NKRI
Oleh Annisa Mienda
Editor Annisa Mienda
Adalah Gde Bimananda M.W. (Teknik Fisika 2011) dan Bagus Hanindhito (Teknik Elektro 2011), partisipan dalam CERN Student Summer Programme di Geneva, Swiss yang mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan Pemilu Presiden pertamanya di Swiss. Untuk melaksanakan Pemilu disana, warga Negara Indonesia dapat datang langsung ke KBRI di Bern maupun mengirim surat suara via pos bagi mereka yang tinggal di luar kota Bern. Bima dan Bagus sendiri menggunakan hak suaranya secara langsung di KBRI Bern. "Pemilu disini sangat ramai, seluruh warga Negara Indonesia di Swiss sangat antusias dalam menyuarakan hak pilihnya. Selain itu, Pemilu juga menjadi ajang silaturahmi bagi WNI", tutur Bima.
Selain Bima dan Bagus, ada pula Ade Kusuma Putri (Teknik Kimia 2011) dan Doni Widodo (Teknik Mesin 2010) yang melaksanakan Pemilu di KBRI Bangkok, Thailand. Pada kesempatan kali ini, keduanya sedang mengikuti program kerja praktek di salah satu perusahaan petrokimia di Thailand. "Demi Pemilu ini, kami rela menempuh dua setengah jam perjalanan dari tempat tinggal kami, Rayong, ke Bangkok", tutur Ade. "Pemilu disini tidak memerlukan birokrasi yang berbelit-belit. Cukup membawa paspor dan menandatangani surat perjanjian tidak akan memilih di tempat pemungutan suara lain, kami sudah bisa menyuarakan hak pilih kami", tambah Doni.
Beralih dari Bangkok, ada pula Rismawati Laila (Sains dan Teknologi Farmasi 2011) yang sedang melaksanakan program pertukaran pelajar di Fakultas Farmasi University of Ankara, Turki. Sama seperti keempat mahasiswa ITB sebelumnya, Pemilu kali ini juga merupakan pemilu pertama bagi Risma. Ia menyuarakan hak pilihnya di KBRI Oran, Turki. "Warga Negara Indonesia di Turki sangat antusias dalam Pemilu Presiden ini", ujar Risma. "Meski hanya disediakan satu bilik suara, warga Negara Indonesia rela antri untuk menyuarakan hak pilih mereka", sambungnya. Risma juga menuturkan bahwa mahasiswa Indonesia di Turki ikut andil dalam mensosialisasikan Pemilu ke mahasiswa Indonesia lainnya.
Di negeri Paman Sam, perjalanan dan penantian panjang Baya Indrayana Inggas (Teknik Kimia 2011) untuk berpartisipasi dalam Pemilu akhirnya terbayar sudah. Demi Pemilu pertamanya, Baya rela menempuh perjalanan selama dua jam dan menunggu lima jam di Konsulat Jenderal Republik Indonesia, New York. Kebahagiaan setelah berpartisipasi dalam Pemilu ia tuangkan di akun jejaring sosialnya, "...I almost lost my voting right due to some technical problem, but I could finally vote and it felt awesome!."
Antusiasme mahasiswa dalam melaksanakan Pemilu menunjukkan tingginya kepedulian mereka untuk berpartisipasi aktif dalam melaksanakan demokrasi di Indonesia. Partisipasi dan peran aktif mahasiswa tersebut tentunya sangat berarti bagi kelangsungan bangsa Indonesia di masa yang akan datang. "Kaum muda sepatutnya sadar bahwa kita sudah terlalu tua untuk tidak peduli terhadap masa depan bangsa," tegas Doni. Ia juga berharap agar hasil Pemilu nanti tidak menimbulkan perpecahan di negeri ini. Di sisi lain, Risma berharap agar pemimpin yang terpilih nanti dapat membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Selaras dengan Risma, Bima dan Bagus juga menaruh harapan yang sama kepada sang pemimpin bangsa. "Semoga presiden yang terpilih dapat membawa Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat, adil, dan makmur di segala bidang kehidupan, menjaga nilai ke-Bhineka-an serta memajukan riset nasional," tutur mereka.
ÂÂÂ