Peran Arsitektur Lanskap dalam Pembangunan di Indonesia
Oleh Luh Komang Wijayanti Kusumastuti
Editor Luh Komang Wijayanti Kusumastuti
Nurisyah merupakan peneliti dari Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah IPB. Dalam kuliah umum yang dimulai pada pukul 09.00, ia mengatakan bahwa ilmu lanskap atau bentang alam tidak hanya penataan yang berbasis pada lahan, tetapi juga, khususnya di Indonesia, mementingkan sifat daerah tropis, memperhitungkan iklim dan kebencanaan. Arsitektur lanskap juga ilmu yang memadukan antara kepentingan alam dan manusia. Secara umum, lanskap dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu lanskap alam, budaya, dan sejarah.
Pembangunan berwawasan lingkungan dalam setiap penataan perlu diutamakan karena akan menghasilkan lingkungan yang berkelanjutan. Menurut Nurisyah, di dalam pembangunan tersebut harus melihat hubungan timbal balik antara kesehatan dan kualitas lingkungan dengan kesehatan dan kualitas masyarakat. "Tentunya tujuan dari perencanaan dan desain lanskap ini untuk menghasilkan masyarakat dan lingkungan yang sejahtera," ungkap dewan penasehat Jaringan Aksi Karbon Indonesia (JAKI) ini.
Khusus Indonesia, para arsitek lanskap perlu memperhitungkan dua hal penting, yaitu geologi dan iklim. Elemen pembentuk lanskap lainnya yang perlu diperhatikan antara lain satwa, vegetasi, tanah, topografi, hidrologi, dan tentunya manusia. Indonesia yang memiliki potensi seperti keragaman budaya dan megabiodiversitas sekaligus menjadi tantangan bagi arsitek lanskap. Tantangan lainnya adalah bahaya, bencana, kepekaan, kerapuhan, serta iklim yang tidak nyaman. Bagi Nurisyah, hal-hal tersebut perlu dilihat dalam pembangunan agar tidak merusak lingkungan serta dapat mewujudkan green development. Namun, kebutuhan untuk mewujudkan green development atau green buiding haruslah berasal dari green society yang menjadi kunci utamanya.
Pada hari itu juga di Galeri Arsitektur diadakan presentasi desain mahasiswa pascasarjana prodi arsitektur lanskap yang akan diikutsertakan pada kompetisi. Kompetisi tersebut adalah 4th LIXIIL International University Architecture Competition di Hokkaido, Jepang yang mengundang 12 universitas di dunia, termasuk ITB salah satunya. Terdapat 3 desain yang berkonsep Productive Garden sesuai dengan tema dari kompetisi tersebut. Pada tiga desain tersebut juga memperhitungkan potensi dari tapak dan sekitarnya, sama halnya dengan yang diungkapkan Nurisyah pada kesimpulan materinya, "Arsitektur lanskap sangat berperan karena dapat mengembangkan potensi yang dimiliki Indonesia, disertai dengan peran arsitek lanskap dalam pembangunan wilayah darus ditingkatkan untuk penghias lanskap atau lingkungan menjadi penentu penggunaannya melalui perencanaan dan desain lanskap."