Peran Strategis Desa dalam Pemerataan Ekonomi
Oleh M. Naufal Hafizh
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id - Ahli Perdesaan Institut Teknologi Bandung (ITB), Ir. Tubagus Furqon Sofhani, M.A., Ph.D., dari Kelompok Keahlian Perencanaan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) menyampaikan bahwa pemerataan pembangunan desa dapat menjadi solusi agar masyarakat tidak berpindah dari desa ke kota, utamanya saat arus mudik lebaran.
Beliau mengatakan, secara istilah, urbanisasi adalah proses mengota. Artinya, terjadi perubahan tempat yang sebelumnya berkarakter desa, misalnya didominasi oleh pertanian, yang akhirnya menjadi karakter perkotaan dengan mata pencaharian, gaya hidup, dan sistem nilai yang berbeda. Adapun perpindahan penduduk dari desa ke kota merupakan salah satu bentuk urbanisasi. Tren ini sudah mengglobal dan terjadi sejak lama, tidak hanya di Indonesia. Di sebagian besar negara di dunia, bahkan jumlah orang yang tinggal di kota lebih banyak dari yang tinggal di desa.
Terdapat banyak penyebab orang berpindah dari desa ke kota. Salah satunya masalah ekonomi. “Kota menawarkan kesempatan ekonomi yang lebih baik, pekerjaan yang lebih banyak. Ada faktor yang mendorong dari desa yang membuat masyarakat pindah ke kota dan ada faktor yang membuat kota itu menarik orang-orang desa karena berbagai macam kesempatan yang diberikan di kota tersebut. Banyak sekali faktor yang membuat gelombang orang berpindah dari desa ke kota yang tidak bisa dihindarkan,” katanya, Rabu (17/4/2024).
Faktor lainnya seperti fasilitas kesehatan dan pendidikan yang dinilai lebih baik hingga status sosial hidup di kota yang dimaknai sebagian orang sebagai hal yang lebih tinggi.
Di banyak tempat, seperti di Jepang, Korea, Eropa, hingga Amerika, kata beliau, penduduk yang tinggal di desa sudah sangat sedikit. Jumlah tersebut akan terus mengecil. Baik karena orang desa berpindah ke kota atau desanya berubah menjadi kota. “Desanya yang tadinya pertanian kemudian terus berkembang, hadir penduduk pendatang, ekonomi tumbuh, kemudian desa berubah menjadi kota kecil dan terus bergerak menjadi ke arah kota menengah. Banyak kota-kota kecil sekarang yang dulunya adalah desa yang mengalami proses transformasi,” katanya.
Di Indonesia, arus balik lebaran kerap dijadikan momen bagi penduduk desa untuk mencari penghidupan baru di perkotaan. Namun, hal tersebut belum menjamin penduduk desa mendapatkan kesempatan ekonomi lebih baik. Umumnya, mereka yang datang ke kota tidak memiliki pendidikan dan keterampilan yang cukup, serta umumnya akan bekerja di sektor informal dengan pendapatan yang secara umum relatif lebih rendah. Mereka pun tidak memiliki perlindungan dari pekerjaannya.
Di sisi lain, kota memiliki kompleksitas persoalan yang perlu terus diperbaiki, baik dari segi pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Walhasil, tidak sedikit migran yang tinggal di permukiman kumuh perkotaan yang jauh dari standar kehidupan rumah layak huni.
Perbedaan sistem nilai dan gaya hidup pun memungkinkan terjadinya konflik sosial karena adanya kesenjangan. Di sisi lain, muncul sejumlah kerja sama dari perbedaan tersebut untuk menjadi pekerja dari pihak yang memiliki ekonomi lebih baik.
Pentingnya Pemerataan Pembangunan Desa
Beliau mengatakan, salah satu penyebab perpindahan penduduk terjadi karena pembangunan yang bias terhadap kawasan perkotaan sehingga desa cenderung terabaikan dari segi pembangunan nasional.
“Kalau kita ingin mengurangi tingkat perpindahan orang dari desa ke kota, hal ini sangat tergantung pada bagaimana pemerintah memacu perkembangan kesejahteraan masyarakat desa, sehingga desa-desa bisa tumbuh dan sejahtera. Orang di desa juga tidak sulit dapat kerja, layanan kesehatan, penndidikan. Infastuktur juga baik sehingga mereka tidak perlu pindah ke kota untuk meningkatkan kesejahteraan,” tuturnya.
Saat ini, lanjutnya, banyak terobosan-terobosan seperti pengembangan desa wisata, bahkan beberapa sangat baik seperti di Klaten dan Gunung Kidul. Namun, secara nasional, jumlahnya masih belum banyak. Masih terdapat desa-desa yang relatif belum berkembang. Oleh karena itu, desa harus menjadi fokus dari kebijakan pembangunan di Indonesia.
Selain itu, kota-kota kecil harus ditumbuhkan. Desa dan kota kecil tersebut merupakan bagian penting agar angka perpindahan dari desa ke kota dapat berkurang. Salah satunya dengan peningkatan akses pendidikan untuk menopang keterampilan masyarakat.
Pemerintah pusat dan daerah, kata beliau, sudah memiliki kebijakan nasional untuk pembangunan desa. Namun, jumlah alokasi dana masih terlampau kecil dan kemampuan masyarakat desa untuk mengelola bantuan keuangan dari pemerintah masih terbatas. Terdapat sejumlah desa di Bali yang dinilai cukup berhasil dalam mengelola desanya. Hal itu dibangun dengan penguatan sumber daya manusia, budaya, tata kelola pemerintahan desa, bumdes, UMKM, hingga koperasi.
Desa harus memiliki daya tarik agar warganya berminat tinggal di desa sehingga tidak ditinggalkan. “Selama desa tidak ada sesuatu yang ditawarkan, desa itu akan terus ditinggalkan. Oleh karena itu, desa perlu menawarkan banyak pilihan pekerjaan hingga berbagai fasilitas dasar lainnya yang berkulitas,” katanya.
Terkait hal itu, peran pemerintah pusat, provinsi, kota/kabupaten, lembagai pendidikan, lembaga swasta, dan sebagainya perlu bekerja sama untuk menguatkan desa sehingga dapat semakin mandiri.