PI2TH: Mengendarai Gelombang Masa Depan Dengan Ilmu dan Teknologi Hayati
Oleh Christanto
Editor Christanto
BANDUNG, itb.ac.id - Beberapa poster penelitian mahasiswa Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB terpasang rapi begitu memasuki Galeri Campus Center Timur ITB. Tak hanya itu, tersedia pula beberapa stan yang langsung melakukan demo dan presentasi aplikasi teknologi hayati yang berhasil dikembangkan mereka. Pameran tersebut merupakan salah satu dari rangkaian acara Pekan Inovasi Ilmu dan Teknologi Hayati (PI2TH) yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa SITH "Nymphaea ITB" pada Jumat (19/11/10).
Pada pameran tersebut, berbagai hasil karya dan inovasi mahasiswa-mahasiswa ITB dalam bidang hayati dipamerkan dalam bentuk poster. Salah satu poster yang cukup menarik perhatian beberapa pengunjung adalah poster yang berjudul "Nata de Banana". Penelitian yang dibuat oleh 7 orang mahasiswa SITH ITB ini mencoba membuat nata (selulosa bakterial berbentuk kenyal putih, red) dengan menggunakan bahan sari kulit pisang.
Untuk membuat "nata de banana", sari kulit pisang ditambahkan gula dan amonium sulfat. Setelah itu, bahan ini kemudian ditambahkan dengan bakteri Acetobacter xylinum, lalu ditutup dan diinkubasi selama 14 hari dalam kondisi tanpa cahaya dan sedikit udara. Proses fermentasi akan terjadi dan menghasilkan lembaran nata yang berwarna putih terapung.
Kompos Berwawasan Lingkungan
Pada pameran PI2TH tersebut, dipamerkan pula kompos yang dicap memiliki keunggulan ramah lingkungan dibandingkan kompos lain yang dipakai selama ini. Kompos yang bernama vermikompos ini terdiri dari campuran kotoran cacing tanah dengan sisa media atau pakan dalam budidaya cacing tanah. Vermikompos mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman, serta mampu menyediakan kondisi tanah yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh.
Untuk membuat vermikompos, sampah-sampah organik seperti rumput, jerami, sisa sayuran, ataupun sisa makanan dipotong kecil lalu disusun dengan kotoran ternak. Campuran ini kemudian diaduk tiap 3 hari sekali hingga terbentuk kompos dasar. Kompos dasar yang terbentuk kemudian dimasukkan cacing dan dibiarkan hingga beberapa minggu hingga siap digunakan.
Selain pameran yang memamerkan berbagai hasil karya civitas mahasiswa ITB khususnya SITH, diadakan pula kompetisi karya tulis ilmiah dan talkshow yang dengan topik "Peluang, Prospek, dan Tantangan Bioindustri di Indonesia" yang berlangsung pada hari yang sama.
Untuk membuat "nata de banana", sari kulit pisang ditambahkan gula dan amonium sulfat. Setelah itu, bahan ini kemudian ditambahkan dengan bakteri Acetobacter xylinum, lalu ditutup dan diinkubasi selama 14 hari dalam kondisi tanpa cahaya dan sedikit udara. Proses fermentasi akan terjadi dan menghasilkan lembaran nata yang berwarna putih terapung.
Kompos Berwawasan Lingkungan
Pada pameran PI2TH tersebut, dipamerkan pula kompos yang dicap memiliki keunggulan ramah lingkungan dibandingkan kompos lain yang dipakai selama ini. Kompos yang bernama vermikompos ini terdiri dari campuran kotoran cacing tanah dengan sisa media atau pakan dalam budidaya cacing tanah. Vermikompos mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman, serta mampu menyediakan kondisi tanah yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh.
Untuk membuat vermikompos, sampah-sampah organik seperti rumput, jerami, sisa sayuran, ataupun sisa makanan dipotong kecil lalu disusun dengan kotoran ternak. Campuran ini kemudian diaduk tiap 3 hari sekali hingga terbentuk kompos dasar. Kompos dasar yang terbentuk kemudian dimasukkan cacing dan dibiarkan hingga beberapa minggu hingga siap digunakan.
Selain pameran yang memamerkan berbagai hasil karya civitas mahasiswa ITB khususnya SITH, diadakan pula kompetisi karya tulis ilmiah dan talkshow yang dengan topik "Peluang, Prospek, dan Tantangan Bioindustri di Indonesia" yang berlangsung pada hari yang sama.