Pidato Ilmiah Guru Besar ITB: Analisis Geoteknik untuk Infrastruktur Tahan Gempa
Oleh Nofri Andis
Editor Nofri Andis
Bandung, itb.ac.id - "Hingga saat ini, perhitungan maupun prediksi waktu, tempat, dan magnitude gempa belum bisa dilakukan secara baik. Karena itu, peran geoteknik kegempaan menjadi sangat penting untuk memberikan prediksi pergerakan tanah untuk perencanaan infrastruktur tahan gempa."
Pernyataan ini disampaikan oleh Prof. Ir. Masyhur Irsyam, MSE., PhD saat orasi ilmiahnya di Balai Pertemuan Ilmiah Institut Teknologi Bandung pada Sabtu (27/03/10). Salah satu Guru Besar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ITB ini menyampaikan orasi bertajuk "Peran dan Pengembangan Rekayasa Geoteknik Kegempaan di Indonesia dalam Pembangunan Infrastruktur Tahan Gempa" di hadapan hampir seratus praktisi akademis ITB.
Dalam orasi ilmiah tersebut beliau memaparkan perlunya melakukan analisis geoteknik untuk mengukur dan memprediksikan pergerakan tanah. Dengan demikian pembangunan infrastruktur tahan gempa bisa lebih optimal.
Beliau memulai penjelasan mengenai permasalahan utama dari peristiwa gempa. Beliau mengatakan bahwa gempa sangat potensial menciptakan kerugian. Hingga saat ini, gempa belum bisa diprediksi dan diperhitungkan kekuatan, waktu, dan tempat terjadinya."Selain itu, gempa sama sekali tidak dapat dicegah," ujar beliau.
Meski begitu, tidak berarti manusia hanya bisa pasrah berhadapan dengan gempa. Prof. Masyhur memaparkan, menghindari pembangunan infrastruktur di atas tanah yang tidak baik secara geoteknik dan membuat bangunan tahan gempa merupakan beberapa usaha sederhana yang bisa dilakukan.
Selanjutnya Profesor yang meraih gelar PhD di University of Michigan Ann Arbor, USA bidang Civil and Environmental Engineering ini mengatakan bahwa kerusakan secara tidak langsung akibat gempa umumnya disebabkan oleh kegagalan pada tahah pendukung.
"Salah satunya adalah terjadi proses likuifasi," kata beliau. Likuifasi adalah hilangnya kekuatan geser tanah pasir jenuh sehingga berperilaku seperti cairan. Ini terjadi akibat tekanan pori air tanah yang disebabkan getaran gempa.
Tatanan Tektonik dan Peta Gempa Indonesia
Beliau menjelaskan bahwa tatanan tektonik cukup beragam. Tektonik Indonesia bagian barat didominasi oleh konvergensi lempeng India-Australia dengan lempeng Eurasia. Tektonik Indonesia bagian timur terbentuk oleh jalur tubrukan (collision) antara lempeng benua Australia dengan lempeng Samudra Pasifik yang menghasilkan pergeseran yang sangat intensif dan meluas di Papua. Kegempaan Indonesia juga dipengaruhi oleh adanya beberapa sesar yang aktif.
"Kalau gempa kita anggap sebuah pukulan tinju, kita (Indonesia) seperti ditinju dari berbagai arah," ujar beliau yang langsung disambut gelak tawa hadirin.
Upaya untuk menangani permasalahan gempa di Indonesia, salah satunya adalah membuat Peta Gempa Indonesia. Sebelumnya Indonesia telah memiliki Peta Gempa Indonesia SNI 03-1726-2002. Namun, beliau mengatakan bahwa peta ini perlu direvisi karena gempa yang terjadi di Indonesia memiliki magnitudo lebih besar dibanding perkiraan. Selain itu, saat ini telah dikembangkan metode analisis 3D, sedangkan peta tersebut masih berkemampuan 2D.
Saat ini telah dilakukan revisi peta gempa Indonesia yang diinisiasi oleh Departemen Pekerjaan Umum bersama beberapa institusi seperti ITB, Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi, USGS, LIPI, dan Ristek. Penelitian ini juga diketahui oleh Prof Masyhur sendiri.
Analisis Bencana Kegempaan
Hasil analisis bencana kegempaan (Seismic Hazard Analysis/SHA) dapat dilakukan dengan dua metode, Deterministik (DSHA) dan Probabilistik (PSHA).
Metode DSHA dapat dibagi menjadi 4 tahap: Identifikasi sumber gempa, skenariosasi parameter gempa, menghubungkan parameter sumber gempa dengan parameter pergerakan tanah, dan menentukan parameter gempa desain. Metode ini biasanya digunakan untuk mengestimasi percepatan gempa untuk konstruksi yang sangat membahayakan.
"Metode ini mudah digunakan untuk memprediksi skenario terburuk namun tidak mempertimbangkan kemungkinan terjadinya gempa dan pengaruh berbagai ketidakpastian tersebut," jelas beliau.
Sedangkan metode PSHA pada dasarnya adalah analisis deterministic. Perbedaan utama antara kedua metode ini terletak pada perhitungan terhadap pergerakan tanah yang akan terjadi dan prediksi probabilitas kondisi terburuk yang hanya terdapat pada metode PSHA.
Namun, analisis DSHA dan PSHA saling melengkapi. Hasil DSHA dapat diverifikasi dengan analisis PSHA. Sebaliknya hasil analisis PSHA dapat diverifikasi dengan DSHA untuk memastikan bahwa hasil analisis tersebut masih rasional.
Mikrozonasi Kota
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa Indonesia perlu melakukan mikrozonasi untuk kota-kota terutama yang padat penduduk. Mikrozonasi berarti memberikan gambaran spasial dari efek kegempaan beberapa titik pada suatu daerah. Peta mikrozonasi akan sangat berguna untuk perencanaan infrastruktur tahan gempa dan estimasi dampak gempa di masa mendatang.
"Mengingat potensi gempa-gempa di masa depan, Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah perlu membuat mikrozonasi untuk emergency plan," ujar beliau.
Mengakhiri orasi ilmiahnya, beliau menuturkan beberapa topik penelitian yang sangat diperlukan di Indonesia. Topik-topik tersebut sebagai berikut:
- Pengembangan fungsi atenuasi
- Pengembangan ground motion kota
- Mikrozonasi kota-kota
- Analisis respons dinamis menggunakan model constitutive dan boundary condition yang lebih sesuai
- Interaksi Tanah-Struktur selama gempa
- Pengembangan metode dan teknologi inovatif yang lebih sesuai
- Prediksi potensi likuifaksi dan perilakunya
Beliau juga mengatakan bahwa ITB selama ini telah berperan besar dalam pembangunan infrastruktur tahan gempa di Indonesia. ITB telah memiliki modal dasar untuk memimpin pada bidang ini. Modal tersebut antara lain peneliti senior yang memiliki latar belakang, rekam jejak, dan jejaring yang relevan, Sarana dan prasarana yang mendukung, Riset agenda, dan Mahasiswa yang berpotensi.
Selain Prof. Masyhur Irsyad, pidato ilmiah kali ini juga disampaikan oleh Prof. Mitra Djamal. Beliau berorasi perihal Sensor dan Sistem Sensor: State of the Art, kontribusi dan Perspektif Pengembangannya di Masa Depan.