Pidato Ilmiah Guru Besar: Sensor dan Sistem Sensor:State of The Art, Kontribusi dan Perspektif Pengembangannya di Masa Depan

Oleh Vernida Mufidah

Editor Vernida Mufidah

Bandung, itb.ac.id - Kebutuhan di masa depan akan sensor dan sistem sensor yang murah, ringan dan berukuran kecil menjadi sebuah motivasi bagi Prof. Mitra Djamal untuk menyampaikan pidato ilmiah mengenai hal tersebut. Pidato ilmiah yang berjudul "Sensor dan Sistem Sensor: State of Art, Kontribusi dan Perspektif Pengembangannya di Masa Depan" ini didengarkan oleh Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung pada hari Sabtu (27/03/10) di Balai Pertemuan Ilmiah ITB.
Sensor merupakan piranti yang mengubah besaran-besaran fisis seperti magnetik, radiasi, mekanik dan termal menjadi besaran listrik. Komponen utama pembentuk sensor adalah struktur sensor, teknologi manufaktur, dan algoritma pengolah sinyal, hal inilah yang menentukan kemampuan suatu sensor. 

Teknologi sensor memiliki pasar yang semakin meluas dan kompetitif karena sensor memiliki peranan yang sangat penting untuk penelitian dan pengembangan di semua bidang. Tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana membuat suatu sensor yang bisa mengukur besaran yang selama ini sulit diukur dan meningkatkan informasi sensor.

Tiga Riset Sensor yang Dikembangkan

Profesor Mitra Djamal menyampaikan mengenai riset dan pengembangan sensor yang telah dikembangkan dan masih berjalan saat ini, yaitu sensor berbasis koil datar, sensor berbasis fluxgate, dan material sensor berbasis Giant Magnetoresistance (GMR).

Sensor berbasis koil datar memiliki prinsip berdasarkan arus eddy yaitu arus yang ditimbulkan apabila sensor dialiri arus AC dan di depannya diletakkan konduktor. Sensor Fluxgate adalah sensor yang memanfaatkan perubahan flux magnetik di sekitar elemen sensor. Salah satu aplikasi sensor ini adalah sebagai sensor getaran. Kemampuan sensor fluxgate dalam mengukur getaran frekuensi rendah dapat dikembangkan sebagai sensor getaran gempa.

Material sensor berbasis GMR yaitu sebuah efek magnetoresistance yang merupakan perubahan resistansi logam bila berada dalam medan magnet luar. Penerapan material GMR sebagai sensor memiliki kelebihan dibanding sesnor lainnya, yaitu sensitivias tinggi, harga murah, ukuran kecil dan konsumsi daya rendah. Inilah yang diperlukan untuk mengembangkan sensor yang dibutuhkan masa depan.

Tidak Bergantung pada Teknologi Luar

"Industri di Indonesia tidak mau mengembangkan sensor, padahal tidak mungkin teknologi di masa depan tanpa sensor." tegas lulusan S3 dari Universitaet der Bundeswehr Muenchen. Indonesia menurut Beliau hanya mau membeli dari luar padahal harga sensor di luar itu mahal. Sehingga diperlukan suatu langkah agar industri di Indonesia memproduksi sensor dan tidak bergantung pada impor sensor dari negara lain.

Di masa depan, teknologi sensor ini sangat diperlukan. Dimana suatu masa sensorisasi akan menguasai dunia dengan otomatisasi penuh dan robotisasi. Contohnya adalah autopilot dan mobil otomatis. Dengan memasang sensor di banyak bagian mobil, seorang pengemudi dapat dengan otomatis mencapai suatu tempat tanpa perlu mengemudi, hanya dengan memilih tempat yang ingin dituju.

Tentunya banyak kendala untuk menciptakan mobil otomatis seperti ini, yaitu salah satunya adalah ukuran sensor yang terlalu besar dan mahal. Untuk menyelesaikan masalah ini diciptakanlah sistem sensor smart yang terintegrasi. Sensor ini memiliki sistem bus dan dapat direalisasikan dalam chip murah. Selain itu sensor ini dilengkapi oleh mikrokontroler yang menawarkan kemudahan komunikasi dalam suatu sistem instrumentasi.