Pidato Rektor Sidang Terbuka Sarjana Oktober 2016: Sumber Daya Air bagi Ketahanan Bangsa
Oleh Okta Indah Sulistyorini
Editor Okta Indah Sulistyorini
BANDUNG, itb.ac.id - Menjadi momen yang paling ditunggu oleh setiap insan Ganesha, Sidang Terbuka ITB pada Prosesi Wisuda Program Sarjana kembali digelar pada Sabtu (23/10/16). Sidang yang diadakan di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ini merupakan sidang pertama di Tahun Akademik 2016/2017. Mengawali rangkaian dari prosesi peresmian gelar bagi 1281 wisudawan yang hadir, Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA menyampaikan sambutan dengan tema sumber daya air di Indonesia.
Rektor ITB membuka sambutannya sembari menekankan pentingnya persiapan untuk mencapai ketahanan bangsa. Adapun ketahanan bangsa yang dimaksud meliputi ketahanan pangan, ketahanan energi, dan ketahanan iklim. Fokus sambutan Rektor ITB kali ini mengarah pada sumber daya air, mengingat kontribusi besar yang diberikan oleh sumber daya air turut mempengaruhi ketahanan energi dan ketahanan pangan.
Diperlukan inovasi dalam pengelolaan sumber daya air agar kebutuhan air (water demand), ketersediaan air (water supply) dapat terseimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan air (water shortage). "Menurut identifikasi Dewan Sumber Daya Air Nasional tahun 2014, ketersediaan sumber daya air secara alami di Indonesia sangat melimpah," tutur Rektor ITB. Menurut data yang dirujuk, tercatat ketersediaan air Indonesia sebesar 16.439 m3/kapita/tahun, jauh diatas Tiongkok dengan 2.100 m3/kapita/tahun dan India dengan 1.100 m3/kapita/tahun.
Kaitan dengan Pembangunan
Air memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan pembangunan berkelanjutan pada dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sedangkan kesehatan manusia dan ekosistem, ketahanan pangan, dan perubahan iklim menjadi tantangan tersendiri dalam pemenuhan kebutuhan air baku. Berdasarkan alasan tersebut, Rektor ITB menekankan pentingnya sinergitas dan komitmen dari pengambil kebijakan, rekayasawan (engineer), ilmuwan, dan entrepreneur. Kebijakan dan implementasi yang dilahirkan dari kolaborasi ini dapat menguatkan ketahanan sumber daya air, atau jutsru sebaliknya sebagaimana keterbatasan sumber daya air dapat berdampak pada aktivitas masyarakat dan kesejahteraan sosial. Pada 2050, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dalam World Water Day 2015 mengisyaratkan bahwa sektor pertanian di dunia perlu meningkatkan produksi 60% penyediaan pangan secara global, dan 100% untuk negara berkembang. Diperlukan keberlanjutan dari sistem irigasi untuk mencapai ketahanan pangan. Untuk meningkatkan efisiensi air di jaringan irigasi, perlu dipertimbangkan pengembangan sains modern pada aplikasinya seperti smart water gate control for irrigation system.
Isu lain yang masih terkait erat dengan sumber daya air adalah perubahan iklim. Dampak negatif dari perubahan iklim akan sangat berpengaruh pada sistem dan pengelolaan sumber daya air. Fenomena seperti perubahan pola dan curah hujan memerlukan dukungan dari bidang teknologi yang mampu beradaptasi dalam mengantisipasi pengelolaan sumber daya air. Puslitbang sumber daya air Kementrian Pekerjaan Umum di tahun 2011 menyatakan bahwa pulau di Indonesia dengan indeks ketersediaan air terendah adalah pulau Jawa, disusul oleh pulau Bali dan Nusa Tenggara. "Selain itu, Brown dan Metlock (2011) juga menyebutkan bahwa saat ini pulau Jawa sudah mengalami tekanan air (water stress) yang dapat berujung pada kelangkaan air (water scarcity) seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk," papar Prof. Kadarsah.
Air di Masa Depan
Rektor ITB sekali lagi menegaskan bahwa sinergitas dan kolaborasi dari berbagai disiplin ilmu merupakan hal yang esensial untuk menghadapi kompleksitas tantangan ketersediaan sumber daya air tersebut. Peningkatan industri manufaktur, pembangunan listrik, dan pertumbuhan jumlah penduduk akan meningkatkan kebutuhan air global hingga 55% pada tahun 2050. Oleh karena itu, PBB dalam visinya dalam Water in a Sustainable World pada tahun 2015 silam menyatakan bahwa air dan sumber dayanya sepatutnya dikelola untuk mendukung kesejahteraan dan intergritas seluruh ekosistem dalam pembangunan ekonomi yang kuat. Pada 2014, PBB juga merekomendasikan Sasaran Pembangunan Berkelanjutan yang terdiri dari penyediaan air, sanitasi dan kebersihan; sumber daya air; tata kelola air; kualitas air dan pengelolaan air limbah; dan pengendalian bencana yang berhubungan dengan air. Sasaran tersebut ditujukan untuk menciptakan manfaat dalam memperluas peningkatan kesehatan, pendidikan, pertanian, serta kegiatan sosial dan ekonomi lainnya.
Dalam mendukung upaya pengembangan sumber daya, ITB melalui tridarma perguruan tinggi telah merealisasikan antara lain melalui pengembangan program studi-program studi baru yang terkait dengan sumber daya air serta menghasilkan paten instalasi pengolahan air minum dan alat pengolahan air. Oleh karena itu, para wisudawan diharapkan mampu menjadi pelopor pembangunan yang inovatif, dengan penguasaan teknologi dan komunikasi yang handal. "Pembawaan diri para wisudawan perlu dilengkapi dengan kemampuan berkomunikasi secara efektif dan bijak. Hal tersebut sangat penting untuk dapat bersaing dan berkolaborasi antar disiplin ilmu dengan para kolega sejawat secara solid dan bersama-sama," pesan Prof. Kadarsah menutup sambutan beliau.