Prof. Jaka Sembiring Tegaskan Merdeka Belajar di ITB sebagai Wahana Pencapaian Visi-Misi
Oleh Adi Permana
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id—Merdeka Belajar Kampus Merdeka, atau yang sering disebut sebagai MBKM merupakan sebuah gagasan dari Kemendikbudristek dalam memberikan kesempatan mahasiswa/i mengasah kemampuan sesuai bakat dan minatnya. Pada Kamis (2/9/2021) Prof. Dr. Ir. Jaka Sembiring, M. Eng dalam acara Temu Awal Semester I 2021/2022 memberikan paparan bertajuk “Kuliah dengan Konsep Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di ITB”.
Dalam kesempatan kali ini, Prof. Jaka Sembiring mengawali pembahasan dengan menunjukkan sebuah gambar kuda. Filosofi di balik itu semua menurutnya adalah bahwa MBKM merupakan wahana pencapaian bagi kita semua. Sebagai gambaran awal, ia menjelaskan delapan kegiatan program MBKM. “Program-program ini terkait dengan 20 SKS belajar di luar kampus. Kita menjalankan seluruh kegiatan itu hanya yang sesuai dengan Renstra kita.”
Program MBKM yang diselenggarakan kini didukung dengan kombinasi antara program dari kementerian dan program yang dijalankan secara internal oleh ITB.
Salah satu contohnya adalah Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) yang didanai oleh Dikti hingga mencapai angka Rp10 milyar, dengan 5 prodi yang lolos dalam seleksi anggaran. “Untuk PKKM ada 35 kegiatan yang diselenggarakan dengan potensi 1.698 mahasiswa yang terlibat. Tapi tentu hal ini didampingi dengan screening agar tetap sesuai dengan tujuan ITB.”
Selanjutnya Prof. Jaka menyampaikan bahwa program matching fund adalah program yang perlu menjadi perhatian bersama. Sampai saat ini, sudah ada 12 program matching fund yang berhasil didanai dengan total anggaran mencapai Rp12,7 milyar.
“Program inilah yang harus kita manfaatkan untuk inovasi, riset, PKKM, dan segala macam ragamnya dengan industri-industri yang terlibat,” ujarnya. Program selanjutnya yang mendapat sorotan adalah Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) dengan 73 mahasiswa ITB lolos guna menimba pengalaman di berbagai universitas bergengsi di benua Asia, Eropa, serta Amerika.
Program insentif yaitu program MBKM dengan dana internal ITB juga diselenggarakan, dengan 17 prodi lolos dan potensi sebanyak 734 mahasiswa terlibat. Untuk program ini ITB mengalokasikan anggaran hingga sebesar Rp2 milyar. Inisiatif lainnya yang dilakukan untuk meningkatkan multidisiplin di antara mahasiswa ITB adalah dengan mewujudkan kerja sama dengan Universitas Padjajaran (Unpad) melalui program pertukaran mahasiswa.
Dengan 71 mitra, program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) yang diikuti oleh sejumlah mahasiswa ITB juga mencapai total potensi mahasiswa yang tinggi, yaitu sebesar 1.907 mahasiswa. Lagi-lagi ditekankan oleh Prof. Jaka bahwa tidak serta-merta seluruh mahasiswa yang mendaftar disetujui; ITB memberikan wewenang kepada Ketua Program Studi untuk melakukan proses screening untuk melihat mana saja program yang mendukung kurikulum, hingga didapatkan peserta lolos seleksi sebanyak 311 mahasiswa.
“Dari ITB sendiri, kami menyelenggarakan program Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia (KMMI) yang melibatkan 960 mahasiswa di seluruh Indonesia,” dilanjutkan olehnya bahwa dalam Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka terdapat suatu ketidak-seimbangan antara mahasiswa inbound ke ITB dengan mahasiswa outbound dari ITB. Dijelaskan bahwa hal ini terjadi karena Program Studi (Prodi) tidak dapat begitu saja ‘melepas’ mahasiswanya tanpa adanya pertanggungjawaban.
Paparan oleh Prof. Jaka Sembiring pagi ini ditutup dengan penekanan mengenai tujuan utama ITB melaksanakan program MBKM, yaitu untuk mengingatkan kembali bahwa seluruh kegiatan MBKM di ITB adalah wahana pencapaian untuk mencapai visi dan misi milik kita sendiri.
Reporter: Athira Syifa PS (Teknologi Pascapanen, 2019)