Prasetya Kertanegara: Rektor Pun Bisa Menjadi Raja

Oleh

Editor

BANDUNG, itb.ac.id - Mungkin hampir semua sivitas ITB pernah mendengar atau bahkan menonton ketoprak, seni pentas khas Jawa yang disajikan dengan iringan gamelan. Tetapi, siapa yang pernah melihat Rektor ITB bermain ketoprak? Terlebih, jika beliau tampil bersama tokoh-tokoh alumni yang sebagian besar merupakan direksi dari perusahaan-perusahaan terkemuka di negeri ini. Ketoprak tersebut tentu akan menjadi ketoprak yang sangat menarik. Hal ini terbukti pada acara Ketoprak Guyonan Campur Tokoh “Puspo Budoyo” yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis ITB ke-49, Minggu (9/3) pukul 19.30 WIB. Bertempat di Gedung Sasana Budaya Ganesa ketoprak yang disutradarai oleh Aries Mukadi ini mengambil cerita Prasetya Kertanegara.

Prasetya Kertanegara berkisah tentang kerajaan Singosari pada masa pemerintahan Wisnu Wardhana dan Batara Narasingamurti. Batara Narasingamurti diperankan oleh Dirjen Migas, Luluk Sumiarso; Wisnu Wardhana diperankan oleh Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc; sedangkan Lokawijaya Murdhaya atau Kertanegara yang menjadi raja muda Kediri diperankan oleh Dirut Hotel Indonesia, A.M. Suseto. Di saat itu, Panji Katawang, yang diperankan oleh Dirut PT Telkom, Rinaldi Firmansyah, diutus melamar Dyah Pamisanindya, adik Kertanegara, untuk menjadi permaisuri Sastrajaya, Penguasa Gelang-Gelang. Selain Panji Katawang, Raja Linggapati dari Mahibit juga datang untuk melamar Pamisanindya. Masalah mulai muncul ketika ternyata Panji Katawang dan Pamisanindya saling mencintai. Mereka berdua melarikan diri Kediri dan meminta perlindungan Kertanegara. Cerita diakhiri dengan lengsernya Raja Wisnu Wardhana dan diangkatnya Kertanegara sebagai Raja Singosari.

Banyak hal menarik, lucu, dan mengundang decak kagum dalam ketoprak kali ini. Hal-hal lucu yang terjadi sebagian besar dikarenakan hadirnya Eko DJ yang berperan sebagai tokoh fiktif bernama Jam Piro. Selain itu, humor-humor segar mengenai ITB yang dilontarkan oleh para pemain membuat senyum-senyum kecil di wajah penonton mengembang. Penonton tak dapat lagi menahan tawa ketika menyaksikan adegan Raja Linggapati, yang diperankan oleh Prof. Dr. Ir. Yanuarsyah Haroen, melamar Dyah Pamisanindya. Ketua Senat Akademik ini ternyata mampu memberikan nuansa humor melalui dialog-dialog dan adegan-adegan yang dilakukannya. Tepuk tangan pun diberikan kepadanya ketika beliau kembali ke belakang panggung.

Dalam acara yang berlangsung selama kurang lebih tiga jam ini, para penonton tidak hanya disuguhi adegan-adegan jenaka, namun beberapa adegan membuat penonton menatap panggung tanpa berkedip. Salah satunya adalah adegan peperangan yang sepenuhnya diperankan oleh pemain-pemain dari Paguyuban Puspo Budoyo. Acara diakhiri dengan naiknya semua pemain ke panggung, pengenalan masing-masing tokoh dan pemberian cinderamata oleh Prof. Dr. Ir. Adang Surahman, M.Sc. Ternyata sebuah kesenian tradisional dapat menghibur dan memukau penontonnya, tak kalah dengan berbagai film di bioskop.

Sama seperti acara ulang tahun pada umumnya, acara ulang tahun ITB ini pun membawa berbagai harapan. Semoga acara ini dapat meningkatkan rasa cinta akan kesenian tradisional di hati setiap penonton. Semoga kampus ini dapat turut menghidupkan kembali kesenian-kesenian tradisional kita yang tampak mulai tenggelam. Semoga ITB dapat terus menjadi tidak hanya pusat ilmu pengetahuan dan teknologi, namun juga pusat seni dan budaya Indonesia. Marilah kita turut mewujudkan harapan-harapan tersebut, sambil tak lupa mengucapkan selamat ulang tahun kepada almamater kita ini. Selamat ulang tahun, ITB!