Pameran Boru Ni Raja: Visualisasi Penghormatan Kepada Perempuan Batak
Oleh M. Naufal Hafizh
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id - Pameran "Boru Ni Raja” merupakan pameran tunggal Ni Ketut Ayu Sri Wardani, alumnus Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan '86. Pembukaan pameran ini digelar di Galeri Soemardja, ITB Kampus Ganesha, Sabtu (27/4/2024).
Ni Ketut Ayu Sri Wardani, yang akrab disapa Ayu merupakan pelukis yang dibesarkan dalam budaya Bali. Dia menikah dengan seorang pemuda Batak, Alm. Erland Sibuea.
“Walaupun saya sempat down sepeninggalan Bang Erland, namun karena anugerah, saya terdorong untuk merealisasikan mimpinya yakni memvisualisasikan alam dan budaya Toba. Kasih sayangnya kepada saya dan kedua putri kami mengingatkan saya pada kedudukan kami sebagai 'Boru Ni Raja', yakni tajuk pameran ini,” ujarnya saat membuka pameran.
Dr. Ira Adriati, S.Sn., M.Sn., dosen program studi Seni Rupa ITB sekaligus kurator pameran ini menjelaskan, Boru Ni Raja adalah nilai kehidupan Batak Toba yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat Batak.
“Boru Ni Raja itu artinya putri raja. Putri raja yang dimaksudkan orang Batak di sini adalah perempuan yang baik-baik, mandiri, hormat kepada suami, dan hormat kepada orang tua, teman, dan mertua,” ujarnya.
Dr. Ira juga mengatakan bahwa ada beberapa lukisan yang dipamerkan, yakni lukisan 10 meter yang menggambarkan perempuan Batak dengan Tandok, lukisan Danau Toba, lukisan perempuan Batak menjadi petani, penenun, nelayan, dan lukisan 6 sosok penari Tor-tor.
“Karya Tandok menjadi fokus utama pameran ini menjadi metafor dari makna Boru Ni Raja itu sendiri. Bagaimana perempuan Batak berusaha menyelami menjadi Boru Ni Raja dengan berbagai tugas domestik maupun tugas publik yang mereka emban,” katanya.
Pembukaan pameran ini diikuti oleh banyak orang dari berbagai kalangan seperti mahasiswa, dosen, keluarga, dan alumni ITB angkatan 86, salah satunya Gembong Primadjaja, ketua Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB). Beliau mengatakan bahwa Erland memiliki mimpi untuk membuat lukisan “Merajut Nusantara”.
”Usai Erland berpulang, saya merasa memiliki tanggung jawab untuk membantu Ayu menyelesaikan misi ini. Oleh karena itu, terima kasih untuk semua pihak khususnya Seni Rupa ITB atas dukungannya,” katanya.
Kaprodi Seni Rupa ITB, Dr. Willy Himawan, S.Sn., M.Sn., mengatakan bahwa Seni Rupa ITB akan selalu menjadi wadah untuk pertemuan berbagai budaya. “Seni Rupa ITB banyak dikenal dari karya-karya hebat alumninya. Oleh karena itu, selamat kepada Mbak Ayu atas pameran tunggalnya,” ucapnya.
Reporter: Erika Winfellina Sibarani (Matematika, 2021)