Presdir BCA Ceritakan Pengalaman Hidupnya pada Kuliah Umum Studium Generale
Oleh Aldy Kurnia Ramadhan
Editor Aldy Kurnia Ramadhan
Sebelum memulai kuliah umum, Rektor ITB dan Presiden Direktur BCA melaksanakan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) tentang pemberian bantuan di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia oleh BCA kepada ITB. Selain itu, dilaksanakan pula pemberian beasiswa Bakti BCA secara simbolis senilai Rp.300.000.000,00 oleh Presdir BCA kepada dua orang perwakilan mahasiswa ITB penerima beasiswa Bakti BCA.
Dibuka Oleh Sambutan Rektor
Kuliah umum Studium Generale dibuka dengan sambutan oleh Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA. Dalam sambutannya, Rektor ITB mengucapkan selamat datang kepada Predsir BCA dan jajarannya di ITB serta memberikan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Presdir BCA yang telah bersedia mengisi kuliah Studium Generale kepada ratusan mahasiswa ITB. Selanjutnya, Rektor ITB juga berharap bahwa kuliah umum tersebut dapat memberikan pengetahuan dan tambahan wawasan yang tidak dapat diperoleh di kelas kepada ratusan mahasiswa yang hadir.
Dari Keluarga Sederhana
Selanjutnya, Presdir BCA Jahja Setiaatmadja, memberikan kuliah umum pada para peserta Studium Generale. Beliau mengganti materi kuliah yang sebelumnya terkesan serius yaitu tentang tren perbankan ke depan menjadi cerita mengenai perjalanan hidupnya sejak kecil hingga akhirnya dapat menduduki jabatan nomor 1 di jajaran direksi Bank Central Asia. Jahja Setiaatmadja lahir bukan dari keluarga mampu, melainkan dari keluarga yang sederhana. Sejak SD dan SMP, Jahja pergi ke sekolah dengan berjalan kaki. Ketika menginjak bangku SMA hingga berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jahja biasa berangkat menuju sekolahnya dengan menggunakan bemo dan bus kota. Namun, baginya pengalaman-pengalaman tersebut menjadikan Jahja lebih mendalami dan menghargai orang lain, dan membuatnya tidak melihat orang lain hanya dari kemampuan ekonominya saja. Pengalaman tersebut juga mengajarkan padanya bahwa segala sesuatu harus dicapai dengan perjuangan, sebelum akhirnya bisa mengalami yang lebih baik.
Jahja sejatinya memiliki cita-cita untuk menjadi dokter gigi semasa ia hampir menamatkan SMA. Namun, saat ia mengutarakan keinginannya tersebut pada sang ayah, ayahnya berkata bahwa sekolah kedokteran membutuhkan biaya yang banyak dan kondisi ekonomi orangtuanya saat itu belum mampu membiayai Jahja untuk berkuliah di jurusan kedokteran. Sang ayah yang saat itu bekerja menjadi kasir Bank Indonesia kemudian menyarankan Jahja untuk mengambil kuliah di jurusan yang tidak relatif "murah", yaitu Fakultas Ekonomi di Universitas Indonesia, dan Jahja mengikuti saran ayahnya untuk berkuliah di Fakultas Ekonomi serta mengambil jurusan akuntansi. Lulus dari FE UI pada 1982, Jahja kemudian bekerja pada kantor Akuntan Publik Pricewaterhouse. Setelah satu tahun bekerja di kantor tersebut, Jahja kemudian pindah dan bekerja di PT Kalbe Farma dan meniti karir hingga menjabat sebagai Direktur Keuangan. Setelah itu, Jahja kemudian pindah dan bekerja di PT Indomobil hingga pada tahun 1990 ia pertama kali bergabung dengan Bank Central Asia. Setelah 9 tahun meniti karir di BCA, pada tahun 1999 Jahja diangkat menjadi Direktur BCA. Jabatan itu dijalaninya hingga 2005 sebelum akhirnya diangkat menjadi Wakil Presiden Direktur hingga tahun 2011. Pada tahun 2011 akhirnya Jahja diangkat menjadi Presiden Direktur BCA hingga saat ini. Sebelum mengakhiri kuliahnya, beliau berpesan kepada para mahasiswa yang hadir, "Jagalah keseimbangan pada hidup kalian, sukses itu bukan hanya event, namun juga butuh proses. Sukses terjadi ketika kalian dapat menyeimbangkan seluruh aspek pada kehidupan kalian".