Prof. Delik Hudalah: Semua Orang Bisa Berprestasi di Bidangnya Masing-Masing
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Menjadi dosen adalah tugas yang tidak mudah. Selain harus mengajar, dosen juga harus melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat. Di sisi lain, terdapat tanggung jawab keilmuan yang dimiliki.
Prof. Dr. Delik Hudalah, S.T., M.T., M.Sc., merupakan finalis Pendidik dan Tenaga Kependidikan Tingkat Nasional Kemenristekdikti Tahun 2019. “Awalnya tidak menduga, kaget juga. Saya merasa kurang maksimal juga menjalani proses seleksinya karena disela-sela kesibukan menjadi sekretaris LPPM,” ujarnya.
Untuk predikat dosen berprestasi, terdapat dua kategori yaitu Saintek dan Soshum. Prof. Dr. Delik Hudalah, diusulkan pada kategori Saintek. “Hal ini juga membuat saya kurang percaya diri karena keilmuan saya Perencanaan Wilayah dan Kota, itu ilmu teknik yang ‘lunak’, itu cenderung mengintegrasikan antara ilmu alam dan ilmu sosial. Bahkan, kebetulan minat penelitian saya lebih ke dimensi sosial humanioranya” kata Prof. Delik saat diwawancara Humas ITB, belum lama ini.
Dalam proses pemilihan untuk menjadi dosen berprestasi terdapat dua tahapan. Tahapan pertama adalah seleksi internal perguruan tinggi,. yang mana memilih satu nama untuk masing-masing kategori di atas (Saintek dan Soshum). Tahap nasional dibagi ke dalam dua sub tahapan. Sub tahapan pertama, seleksi dokumen sehingga terpilih 10 besar untuk masing-masing kategori. Pada sub tahapan berikutnya, dilakukan presentasi dan Focus Group Discussion (FGD) untuk mendapatkan tiga pemenang utama dari setiap kategori. Prof. Delik finish sebagai finalis.
Lulusan University of Groningen, Belanda, punya motivasi yang selalu ia tanamkan dalam dirinya untuk meraih sukses. “Yang mendasar adalah selalu mengingat akan tujuan hidup untuk apa. Kita diciptakan dengan maksud tertentu. Dengan demikian pada hakikatnya semua orang bisa berprestasi pada bidangnya masing-masing, menurut tujuannya masing-masing,” ujarnya.
Selain itu, lakukan apa yang kita sukai dan bermanfaat untuk orang lain. Dengan demikian kita tidak akan mudah menyerah. Selanjutnya, menikmati dan menghargai proses karena keberhasilan yang sesungguhnya itu dilihat dari usahanya, bukan semata hasilnya, dan tidak ada usaha baik yang sia-sia. “Bagi para pejuang pada prinsipnya tidak ada kegagalan, yang ada hanyalah kesuksesan yang tertunda atau kesalahan kita sendiri dalam memaknai apa itu kesuksesan,” pesannya.
Prof. Delik tergabung dalam KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan, SAPPK ITB. Ke depannya, ia ingin terus berkontribusi bagi almamater agar ITB menjadi salah satu perguruan tinggi terpandang di Asia dan di Dunia. Khususnya di bidang keilmuan yang dimilikinya, beliau ingin ITB menjadi kiblat (pusat) kajian metropolitan Asia.
Reporter: Dheamyra Aysha Ihsanti (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2019)