Prof. Iwan Pranoto Soroti Konsep Pendidikan Masa Depan yang Bebas dan Terbuka dalam Forum Guru Besar ITB
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Prof. Iwan Pranoto, M.Sc., Ph.D., menyampaikan konsep pendidikan Perguruan Tinggi di masa depan dalam Forum Guru Besar ITB, Jumat (26/8/2022). Topik yang ia bawakan mengangkat tema "Meng-common-kan Pendidikan Masa Depan". Hal tersebut menurutnya penting di tengah gelombang kapitalisme yang sangat maju sehingga ruang-ruang publik yang ada menjadi terbatas, termasuk pendidikan itu sendiri.
Secara sederhana, "common" yang Prof. Iwan maksud adalah sebagai kondisi ideal di mana setiap orang dapat mengakses sumber daya yang ada. Pada zaman sekarang, proporsi ruang publik yang ada telah banyak terpangkas oleh kepentingan-kepentingan lain, terutama pada negara-negara dunia ketiga.
Sekretaris Komisi I Forum Guru Besar ITB itu merumuskan bahwa pendidikan yang common di Indonesia harus diwujudkan melalui tiga hal: ruang, komunitas, dan aturan yang masing-masing harus berjalan beriringan.
“Kalau ruang pendidikan sudah jelas ada yang mengatur, tapi komunitas yang harus dipertanyakan. Apakah yang mengakses pendidikan di Indonesia spektrumnya masih seluas warga Indonesia keseluruhan atau semakin menyempit. Apakah aturan yang dibuat telah memberikan tindakan-tindakan afirmatif untuk membuat setiap orang dapat terlibat secara aktif atau tidak,” tutur Guru Besar di FMIPA ITB itu.
Dalam kontrak sosial pendidikan yang baru, kurikulum yang ada perlu berkembang dengan kekayaan pengetahuan bersama (knowledge common). Hal ini diwujudkan dalam suatu proses pembelajaran antarbudaya maupun antardisiplin yang membantu pelajar mengakses dan memproduksi pengetahuan sekaligus membangun kapasitasnya untuk menerapkan dan mengkritisi.
Prof. Iwan memandang penguasaan pengetahuan sebagai bagian dari warisan bersama dari peradaban manusia. Dalam proses transfer pengetahuan ini dapat tercipta pengetahuan baru dalam kerangka dunia-dunia baru.
Prof. Iwan menambahkan, “Kita harus mulai pembelajaran dari knowledge common. Bukan berarti kita antikapitalisme, tetapi kita harus memperjuangkan akses sains dan teknologi untuk masyarakat luas. Kemudian hasil produksi pengetahuan termasuk pengalaman dalam proses belajar mengajar juga harus kita bagikan dalam kerangka knowledge common.”
Di luar aspek teoritis, pendidikan tinggi sayangnya tidak menjadi pembela bagi knowledge common saat ini. Penelitian yang ada ditujukan untuk kepentingan tertentu membuat masyarakat harus bersusah payah dahulu mendapatkan suatu pengetahuan yang seharusnya bersifat common.
“Saya pikir seharusnya ITB dapat menjadi ujung tombak dalam berjuang untuk menyediakan pengetahuan dan sains yang diproduksinya tersedia bebas dan terbuka sehingga masyarakat dapat menggunakannya. Kita harus berani menulis ulang masa depan kita dan masa depan pendidikan kita.”
Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)