Prof. Safwan Hadi, Ph.D: Energi Listrik Alternatif Berbasis Arus Laut Indonesia

Oleh Teguh Yassi Akasyah

Editor Teguh Yassi Akasyah

BANDUNG, itb.ac.id - Sebagai negara kepulauan, Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki potensi alam yang melimpah. Tidak hanya dari potensi daratan saja, perairan Indonesia juga turut menjadi potensi yang mampu menjadi sumber energi alternatif lainnya. Berdasarkan penelitian, perairan Indonesia dapat diolah menjadi pengganti energi listrik tanpa menyebabkan gas rumah kaca. Energi tersebut dapat tercipta dari elevasi pasang surut, perbedaan temperatur, arus, gelombang, dan angin di tepi pantai Indonesia. Namun, kondisi perairan Indonesia yang sangat potensial tersebut masih belum termanfaatkan secara menyeluruh. Hal ini dikarenakan perlunya pengembangan lebih lanjut, dan tentu saja didukung dengan adanya teknologi dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu mengembangkan potensi tersebut.

Potensi Lautan Indonesia

Klasifikasi potensi lautan Indonesia pada umumnya dibedakan menjadi sumber daya terbarukan (renewable resources) dan tidak terbarukan (non-renewable resources). Untuk renewable resources, Indonesia memiliki potensi seperti sumber daya perikanan (perikanan tangkap dan budidaya), mangrove, terumbu karang, padang lamun, energi gelombang, pasang surut, angin dan suhu. Sedangkan untuk non-renewable resources, potensi lautan tersebut tersebar dalam bentuk sumber daya minyak dan gas bumi dan berbagai jenis mineral. Selain dua jenis sumber daya tersebut, juga terdapat berbagai macam jasa lingkungan kelautan yang dapat dikembangkan untuk pembangunan kelautan seperti pariwisata bahari, industri maritim, jasa angkutan, dan sebagainya.

Menurut Prof. Safwan Hadi, Ph.D (Dosen Teknik Oseanografi ITB), selain potensi diatas, lautan Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti sumber energi listrik. Pengembangan energi listrik tersebut berasal dari potensi elevasi pasang surut, perbedaan temperatur, arus, gelombang, dan angin di tepi pantai Indonesia. Wilayah perairan Indonesia memiliki arus laut yang kuat sehingga menyimpan potensi yang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk membangkitkan energi listrik tersebut.

Saat ini, Indonesia berusaha untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga arus dan gelombang. Di balik usaha tersebut, masih terdapat beberapa kendala, seperti converter yang belum mampu menghasilkan daya yang maksimal. Selain teknologi yang belum memadai, pengembangan ini turut memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu mengembangkan hal tersebut. "Hingga saat ini, Indonesia telah melakukan pemetaan daerah potensial tersebut, hanya menunggu perkembangan lebih lanjut untuk memanfaatkan potensi tersebut," tutur Prof. Safwan Hadi, Ph.D.

Daerah Potensial Energi Listrik Berbasis Arus Laut Indonesia

Indonesia memiliki arus dan gelombang laut yang sangat potensial untuk dikembangkan. Potensi ini tersebar diberbagai daerah. Untuk energi gelombang, bagian selatan Jawa dan bagian barat Sumatera merupakan tempat potensi gelombangnya cukup besar untuk dikembangkan, karena wilayahnya yang langsung menghadap ke laut lepas, yaitu Samudera Hindia.  Untuk energi dari elevasi pasang surut, daerah paling potensial terdapat di Malaka dan Digul. Sedangkan untuk pembangkit dari potensi suhu atau lebih dikenal sebagai Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC), Indonesia berpotensi di daerah perairan Bali, Sulawesi hingga perairan Papua. Hal ini terjadi karena Indonesia bagian barat memiliki lautan yang dangkal sehingga perbedaan suhunya tidak cukup signifikan, berbeda dengan perairan di daerah timur Indonesia yang kedalamannya cukup besar. Sementara potensi angin pesisir tersebar di daerah selatan Jawa dan Nusa Tenggara Barat.

Sedangkan untuk potensi energi arus tersebar di daerah selat Indonesia. Menurut Prof.Safwan Hadi, Ph.D, selat-selat tersebut berpotensi menghaslkan energi arus karena intensitasnya yang relatif besar, serta didukung oleh ketersediaan air laut yang luas dibandingkan negara lain. Sebut saja Selat Malaka, Laut Jawa, Selat Makassar, Selat Lombok, dan perairan sekitar Kepulauan Lesser Sunda. Selat-selat tersebut memiliki nilai rapat daya yang cukup besar, yaitu berkisar antara 0,06 - 64 kW per meter kubik.

Kendala Pengembangan Potensi Laut Indonesia

Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip Sutardjo, besaran potensi hasil laut dan perikanan di Indonesia mencapai Rp 3.000 triliun per tahun, sedangkan yang sudah dimanfaatkan Rp 225 triliun atau sekitar 7,5% saja. Hal terbesar yang menjadi kendala penghambat pengembangan potensi tersebut adalah belum adanya teknologi Indonesia untuk mengembangkan hal tersebut, terutama untuk potensi perairan sebagai sumber energi listrik. Selain teknologi pendukung, Indonesia harus mampu melahirkan SDM yang turut mendukung pengembangan tersebut. "SDM harus sejalan dengan sumber alam yang tersedia. Artinya mampu mengembangkan dan memanfaatkan potensi tersebut. Jangan sampai potensi tersebut dikembangkan oleh bangsa lain," tutur Prof.Safwan Hadi, Ph.D.



Sumber informasi: "Triton Magz" edisi 2014 (Majalah Himpunan Mahasiswa Oseanografi ITB).

Sumber gambar: Arsip dokumentasi Kantor Berita ITB, dan www.indonesia.travel.