Prof. Tutuka Ariadji Paparkan Strategi Transisi Energi Nasional

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

BANDUNG, itb.ac.id – Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Republik Indonesia, Prof. Ir. Tutuka Ariadji, M.Sc., Ph.D. yang juga merupakan Guru Besar Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung memaparkan tentang strategi transisi energi yang harus dilakukan Indonesia pada acara Inspirasi Untuk Bangsa: 63 Tahun ITB yang diselenggarakan pada Jumat (4/2/2022).

Prof. Tutuka menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia sudah memasang target besar pada tahun 2030. “Pemerintah menetapkan target produksi migas, yakni 1 juta barel minyak dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari pada 2030, untuk memenuhi kebutuhan energi nasional yang akan terus meningkat,” jelas Prof. Tutuka.

Menurutnya, target ini sangat menantang, apalagi saat ini Indonesia masih sangat bergantung dengan bahan bakar minyak. Namun, tentunya target ini tetap harus dicapai untuk merealisasikan transisi energi untuk masa depan Indonesia.

Sumber energi yang paling dekat dan memungkinkan untuk dikembangkan saat ini adalah gas. Berbagai upaya sedang dilakukan untuk mengembangkan potensi gas, mulai dari membuat konversi pembangkit listrik dengan gas dan juga jaringan gas kota untuk sarana transisi energi dari gas. Namun, produksi minyak juga harus tetap dikembangkan. “Ke depannya, renewable energy menjadi hal yang sangat penting untuk masa depan energi di Indonesia,” pungkas Prof. Tutuka.

Kemudian, perkembangan terkait energi listrik terutama kendaraan bertenaga listrik juga dibahas pada acara ini. Prof. Tutuka mendukung pengembangan energi listrik sebagai salah satu sumber energi terbarukan karena dapat membantu mengurangi beban pada kebutuhan energi fosil yang terlampau besar di Indonesia. Namun, tentunya untuk merealisasikan pemakaian, pendistribusian, dan penerapan dari teknologi listrik untuk energi, Indonesia masih harus banyak belajar dari negara yang sudah banyak memanfaatkan energi listrik.

Profesor Tutuka juga menjelaskan bahwa menjalankan industri migas memerlukan modal yang sangat besar. Bukan hanya itu, modal yang sangat besar juga tidak menjamin keberhasilan sepenuhnya karena banyaknya kemungkinan risiko yang hadir ketika bekerja di sektor migas. Maka dari itu, tidak banyak nama perusahaan baru yang menguasai dunia migas.

Namun, risiko yang besar tidak membuat perusahaan migas Indonesia menyerah untuk melangkah besar. “Sampai saat ini, Pertamina bisa memenuhi kebutuhan migas Indonesia sampai 70 persen,” tegasnya.

Reporter : Yoel Enrico Meiliano (Teknik Pangan, 2020)