Prof.Akhmaloka,Ph.D: Sosok Teladan dan Inspiratif
Oleh alitdewanto
Editor alitdewanto
BANDUNG, itb.ac.id- Gaung pemilihan rektor ITB sudah sampai pada puncak dengan terpilihnya Prof. Akhmaloka, Ph.D. sebagai Rektor ITB periode 2010-2014. Harapan semua pihak, ITB menjadi lebih berkembang dalam kepemimpinannya dalam empat tahun mendatang.
Sebelum menjadi seorang rektor terpilih, Akhmaloka adalah Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Selama masa kepemimpinannya, banyak kemajuan yang telah dicapai oleh Fakultas MIPA.
Pudji Astuti, Wakil Dekan Bidang Akademik FMIPA, mengamini bahwa kinerja Akhmaloka selama menjadi seorang Dekan sangat memuaskan karena banyak menghasilkan perubahan yang membawa FMIPA semakin baik. Tidak hanya berbicara, tetapi Akhmaloka juga memberikan teladan dengan sikapnya.
"Saya banyak belajar dari Bapak, beliau adalah sosok pekerja keras dan sederhana." tutur Pudji. Meskipun sudah menjadi seorang Dekan, Akhmaloka tetap giat melakukan penelitian-penelitian di sela kesibukannya karena mimpinya adalah mewujudkan 200 profesor di ITB.
Pengalaman manajerial Akhmaloka yang begitu kaya diyakini bisa menjadi modal beliau untuk memimpin ITB. Dalam kacamata dosen FMIPA, Rukman Hertadi, Akhmaloka adalah seorang sosok yang memiliki kemampuan akademik dan non akademik yang seimbang. Dosen yang memiliki kelompok keahlian yang sama dengan Akhmaloka ini menambahkan bahwa Akhmaloka merupakan sosok yang tepat untuk membawa ITB menuju research university. " Dengan backgorund beliau sebagai peneliti tentunya sangat memahami apa saja yang harus dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut." ujarnya.
"Bapak adalah seorang multi-tasking tulen yang selalu enerjik," tutur Rukman. Selama menjadi mahasiswa bimbingannya, Rukman tidak banyak menemui kesulitan. Meski Akhmaloka juga pada saat itu disibukkan dengan berbagai proyek, tetapi Akhmaloka selalu membimbingnya secara profesional.
Selama menjadi Dekan FMIPA, Akhmaloka tidak hanya menaruh perhatian pada staf dosen saja. Pegawai non akademis pun mendapat perhatian dengan porsi yang sama besar. Menurut para stafnya, Akhmaloka merupakan pribadi yang baik. Ella Nurlaila Jamilah, Kepala Subbagian Keuangan Tata Usaha FMIPA, berkata, " Bapak seorang yang agamis, serius, dan berwibawa."
Dalam pandangan Ella, keberhasilan Akhmaloka menjadi rektor adalah reformasi karena usia yang relatif muda diharapkan bisa memperbaiki hal yang belum baik dan melanjutkan hal yang sudah baik, serta mampu memberi perubahan untuk menjadikan ITB semakin bermanfaat bagi Indonesia.
Dengan segala macam kesibukan yang dimilikinya, Akhmaloka juga merupakan seorang yang perduli kepada para mahasiswa. Beliau tidak sungkan untuk mengunjungi himpunan-himpunan dan berdiskusi segala macam hal yang berhubungan dengan kemahasiswaan.
"Kebiasaan Bapak yang terbuka dan perduli kepada mahasiswa memang sangat nyata.",ujar Almendo Rafki, Ketua Himpunan Kimia AMISCA.
Rafki berharap sikap perduli dan perhatian yang diberikan oleh Akhmaloka selama menjadi Dekan tidak akan lekang meskipun sudah menjadi rektor karena mahasiswa membutuhkan sosok seorang rektor sebagai pengayom.
Hal lain dikemukakan Irpan Waliana, mahasiswa tingkat akhir kimia yang pernah diajar Akhmaloka. "Saya terkesan selama kuliah Biokimia sungguh inspiratif, beliau mengajar mahasiswa dengan santai tapi tetap dibuat sedemikian rupa sehingga nuansa serius pun tetap ada, membuat suasana kuliah lebih hidup", ujarnya.
Sikap keteladanan dan track record pengalamannya yang baik dan bersih, bisa menjadi contoh bagi mahasiswa dalam memahami makna perjuangan dalam menuntut ilmu dan menjalani hidup.
[Ihsan Budi Rachman dan Hastri Royyani]
Pudji Astuti, Wakil Dekan Bidang Akademik FMIPA, mengamini bahwa kinerja Akhmaloka selama menjadi seorang Dekan sangat memuaskan karena banyak menghasilkan perubahan yang membawa FMIPA semakin baik. Tidak hanya berbicara, tetapi Akhmaloka juga memberikan teladan dengan sikapnya.
"Saya banyak belajar dari Bapak, beliau adalah sosok pekerja keras dan sederhana." tutur Pudji. Meskipun sudah menjadi seorang Dekan, Akhmaloka tetap giat melakukan penelitian-penelitian di sela kesibukannya karena mimpinya adalah mewujudkan 200 profesor di ITB.
Pengalaman manajerial Akhmaloka yang begitu kaya diyakini bisa menjadi modal beliau untuk memimpin ITB. Dalam kacamata dosen FMIPA, Rukman Hertadi, Akhmaloka adalah seorang sosok yang memiliki kemampuan akademik dan non akademik yang seimbang. Dosen yang memiliki kelompok keahlian yang sama dengan Akhmaloka ini menambahkan bahwa Akhmaloka merupakan sosok yang tepat untuk membawa ITB menuju research university. " Dengan backgorund beliau sebagai peneliti tentunya sangat memahami apa saja yang harus dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut." ujarnya.
"Bapak adalah seorang multi-tasking tulen yang selalu enerjik," tutur Rukman. Selama menjadi mahasiswa bimbingannya, Rukman tidak banyak menemui kesulitan. Meski Akhmaloka juga pada saat itu disibukkan dengan berbagai proyek, tetapi Akhmaloka selalu membimbingnya secara profesional.
Selama menjadi Dekan FMIPA, Akhmaloka tidak hanya menaruh perhatian pada staf dosen saja. Pegawai non akademis pun mendapat perhatian dengan porsi yang sama besar. Menurut para stafnya, Akhmaloka merupakan pribadi yang baik. Ella Nurlaila Jamilah, Kepala Subbagian Keuangan Tata Usaha FMIPA, berkata, " Bapak seorang yang agamis, serius, dan berwibawa."
Dalam pandangan Ella, keberhasilan Akhmaloka menjadi rektor adalah reformasi karena usia yang relatif muda diharapkan bisa memperbaiki hal yang belum baik dan melanjutkan hal yang sudah baik, serta mampu memberi perubahan untuk menjadikan ITB semakin bermanfaat bagi Indonesia.
Dengan segala macam kesibukan yang dimilikinya, Akhmaloka juga merupakan seorang yang perduli kepada para mahasiswa. Beliau tidak sungkan untuk mengunjungi himpunan-himpunan dan berdiskusi segala macam hal yang berhubungan dengan kemahasiswaan.
"Kebiasaan Bapak yang terbuka dan perduli kepada mahasiswa memang sangat nyata.",ujar Almendo Rafki, Ketua Himpunan Kimia AMISCA.
Rafki berharap sikap perduli dan perhatian yang diberikan oleh Akhmaloka selama menjadi Dekan tidak akan lekang meskipun sudah menjadi rektor karena mahasiswa membutuhkan sosok seorang rektor sebagai pengayom.
Hal lain dikemukakan Irpan Waliana, mahasiswa tingkat akhir kimia yang pernah diajar Akhmaloka. "Saya terkesan selama kuliah Biokimia sungguh inspiratif, beliau mengajar mahasiswa dengan santai tapi tetap dibuat sedemikian rupa sehingga nuansa serius pun tetap ada, membuat suasana kuliah lebih hidup", ujarnya.
Sikap keteladanan dan track record pengalamannya yang baik dan bersih, bisa menjadi contoh bagi mahasiswa dalam memahami makna perjuangan dalam menuntut ilmu dan menjalani hidup.
[Ihsan Budi Rachman dan Hastri Royyani]