Program IISMA Wujudkan Mimpi Lukman Fadlansyah Belajar di Luar Negeri

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id-Indonesian International Student Mobility Awards atau yang lebih umum dengan sebutan IISMA, merupakan program yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) RI dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Program ini menjadi bagian dari rangkaian Kampus Merdeka yang memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan studi di luar negeri selama 6 bulan.

Lukman Fadlansyah Ramadhan merupakan salah satu mahasiswa ITB yang berkesempatan mengikuti program IISMA. Mahasiswa Teknik Geodesi dan Geomatika 2018 yang akrab disapa Lukman ini menjadi salah satu awardee IISMA dan sedang menempuh studi selama 1 semester di University British Columbia, Vancouver, Kanada. Di sana, Lukman mengambil studi terkait forestry atau kehutanan agar dapat lebih berhubungan dengan apa yang sudah dipelajari selama di ITB.

Program IISMA ini berhasil mewujudkan cita-cita Lukman. Sejak lama, Lukman berkeinginan untuk dapat belajar di luar negeri. Selain merasakan suasana belajar yang berbeda, Lukman juga ingin mengenal seperti apa lingkungan, keadaan alam, masyarakat, dan budaya di luar negeri dengan lebih luas. Setelah mendapat informasi terkait program IISMA yang sepenuhnya didanai oleh Pemerintah, Lukman pun antusias untuk mendaftar hingga akhirnya lolos.

Kendati persiapan yang dilakukan cukup mendadak, hal ini tidak menyurutkan semangat Lukman. Meskipun sempat terkendala dengan sertifikat Bahasa Inggris yang belum dimiliki sebelumnya, namun berkat bantuan banyak orang, Lukman dapat menyelesaikan tahap administrasi dengan baik dan melanjutkan ke seleksi selanjutnya berupa wawancara.

“Waktu pendaftaran banyak dibantu Kaprodi untuk surat rekomendasi dan berkas lainnya. Temen-temen juga banyak bantu buat proofread isi motivation letter sama persiapan wawancara,” ungkap Lukman kepada reporter Humas ITB belum lama ini.

Sayangnya, Lukman belum memiliki banyak pengalaman akademik karena perkuliahan luring di UBC baru dilaksanakan Senin (7/2/2022). Wabah Omicron yang sempat cukup parah di Vancouver menyebabkan perkuliahan yang seharusnya sudah dimulai sejak 10 Januari terpaksa diadakan secara daring. Pengalaman lain yang dirasakan Lukman salah satunya merasakan cuaca ekstrem sejak hari pertama kedatangannya. Baginya, cara berpakaian termasuk bagian upaya untuk dapat bertahan, mengingat saat ini sedang musim dingin dan tentunya jauh berbeda dengan cuaca yang umum dirasakan di Indonesia.

Selama berada di Kanada, Lukman banyak menemui perbedaan yang tidak banyak dijumpai di Indonesia. Di sana, transportasi umum jauh lebih baik daripada yang ditemuinya di Indonesia. Selain itu, transportasi umum yang tersedia juga lebih banyak dan telah terintegrasi. Pemilahan sampah di sana juga sudah berlangsung dengan baik. Dari segi masyarakat, Vancouver sendiri merupakan kota dengan banyak pendatang, sehingga terdapat berbagai kebangsaan dari seluruh dunia yang dapat ditemui.

*Caption: Lukman bersama para penerima awardee IISMA di UBC Vancouver, Kanada

Bagi Lukman, program IISMA ini memberikan banyak sekali manfaat. Program ini berhasil membantunya mewujudkan impian. Selain itu, Lukman juga memperoleh relasi yang sangat luas dari berbagai negara, baik yang berasal dari satu kampus maupun dari tempat lain yang dikunjunginya. Lukman mengatakan, ia dapat lebih mandiri setelah mengikuti IISMA, salah satu contohnya adalah belajar memasak sendiri. Tidak lupa, program ini dapat melatih penggunaan bahasa Inggris Lukman.
Melalui program IISMA, Lukman berharap dirinya dapat membawa “oleh-oleh” yang dapat dibagikan sesampainya kembali ke Indonesia. Selain itu, Lukman juga berharap dapat menjaga relasi dengan teman-teman baru dari program IISMA.

“Sepulang dari sini pengen ada yang bisa aku implementasikan di Indonesia dan berbagi ke banyak orang, jadi bisa upgrade sama-sama,” tambahnya.
Sebelum menutup obrolan, Lukman mengingatkan bahwa persyaratan dan seleksi IISMA periode saat ini akan lebih ketat, sehingga persiapan harus lebih matang.
“Persiapin sertifikat Bahasa Inggris supaya engga kelabakan, baik dari segi kemampuan, waktu, dan biaya. Ajak temen yang bisa saling bantu dan kasih masukan,” pungkasnya.

Reporter: Laurahoney Azzahra (Teknik Pangan, 2019)