Ikuti Program IISMA ke Spanyol, Mahasiswa Teknik Informatika ITB Bangga Jadi Representatif Indonesia

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami


BANDUNG, itb.ac.id-Ingin mencoba suasana belajar yang baru di luar negeri menjadi motivasi Fabianus Harry Setiawan, mahasiswa Teknik Informatika 2018, untuk mengikuti program pertukaran pelajar. Meskipun Harry telah mendengar pengalaman belajar di luar negeri dari kakaknya yang kuliah di Jerman, Harry meyakini bahwa mendengar cerita orang, tidaklah sama dengan ketika ia mengalaminya sendiri. Keinginan Harry pun terwujud dengan terpilihnya ia sebagai salah satu penerima beasiswa IISMA untuk Universitas Granada di Spanyol.

IISMA (Indonesian International Student Mobility Award) merupakan program beasiswa pertukaran pelajar yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Tujuan dari program ini adalah agar mahasiswa Indonesia berkesempatan untuk belajar kebudayaan di negara lain, sembari mempromosikan budaya Indonesia kepada orang luar negeri.

Untuk mengikuti IISMA, para peserta harus mengumpulkan resume (CV), transkrip nilai, sertifikat bahasa Inggris, serta esai tentang pencapaian yang pernah diraih dan rencana kegiatan berkomunitas di tempat yang dituju. Kemudian, yang lolos seleksi akan dipanggil untuk wawancara.

Salah satu tips dari Harry, panggilan akrabnya, adalah pilihlah universitas tidak hanya dari rankingnya saja, tetapi juga pertimbangkan tempat, budaya, mata kuliah yang ditawarkan, dan kuota kampus tersebut. Kita juga harus pintar-pintar menggunakan strategi untuk memilih universitas, seperti dahulu proses seleksi masuk perguruan tinggi (SNMPTN/SBMPTN).

Selama menjalani program IISMA ini, Harry mengaku bahwa ia banyak mendapatkan pengalaman sekali seumur hidup. Pengalaman paling berkesannya adalah ketika Harry dan teman-teman IISMA untuk UGR lainnya mengadakan Malam Budaya untuk memperingati hari Sumpah Pemuda. Di acara tersebut, Harry dan teman-temannya memperkenalkan budaya Indonesia dalam bentuk masakan, drama legenda Indonesia, dan nyanyian daerah, seperti “Yamko Rambe Yamko” kepada teman-temannya di UGR. Ada sekitar 200 orang yang datang, termasuk beberapa dosen Harry di UGR.

Harry sendiri berperan sebagai salah satu penyanyi paduan suara. Yang paling tidak disangka adalah bahwa audiens sangat mengapresiasi acaranya. “Keren sekali!” ujar Harry menirukan ucapan temannya. Bahkan, beberapa audiens menyalakan senter telepon genggam mereka sambil melambai-lambai saat lagu dinyanyikan. Harry juga mengaku bahwa ia merinding dan amat bangga menjadi warga negara Indonesia saat ia menyanyikan lagu “Indonesia Raya” kepada audiens.

Selain pengalaman tersebut, Harry juga merasakan suasana belajar yang berbeda dengan Indonesia. Sebagai latar belakang, Harry sendiri adalah mahasiswa Teknik Informatika 2018, tetapi mata kuliah yang diambil di UGR lebih mengarah pada sosial dan budaya. Maka dari itu, banyak perbedaan yang ia rasakan, mulai dari beban tugas dan bentuk tugasnya.

Dari sisi komunikasi, menurutnya, gap antara dosen dan murid di sana lebih dekat sehingga diskusi dapat berjalan lebih lancar. Tidak ada kesungkanan dari murid untuk dosen ketika mereka ingin menyanggah atau menyatakan pendapat. Dosen mengajari murid, tetapi murid juga bisa mengajari dosen. Hal ini yang belum banyak—atau belum ada—di Indonesia.

Selama Harry menjalani seluruh rangkaian kegiatan IISMA, banyak pengalaman dan pelajaran berharga yang tidak bisa ia lupakan. Ia juga merasa sangat diterima oleh teman-teman IISMA lain dan teman-temannya di Spanyol. Menurutnya, kegiatan ini amat membentuk kepercayaan diri serta pola pikirnya. Selain itu, ia juga jadi termotivasi untuk melanjutkan studi ke Eropa.

Foto: dokumentasi pribadi narasumber

Reporter: Maria Khelli (Teknik Informatika 2020).