Program Magister Multidisplin ITB: Bentuk Kolaborasi Sekolah/Fakultas ITB dengan Universitas Padjadjaran
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., meresmikan dibukanya program Magister Multidisiplin ITB pada Selasa (27/6/2023). Peresmian tersebut menandai bentuk kolaborasi sekolah/fakultas yang ada di ITB dengan Universitas Padjadjaran
Program Magister Multidisiplin memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk memperkaya wawasan di luar keahlian pilihan program studi utamanya. Peresmian pendaftaran Program Magister Multidisiplin diselenggarakan secara langsung Halaman Klinik Pratama ITB.
Rektor ITB, Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., hadir membuka kegiatan peresmian program ini. Prof. Reini menyampaikan terdapat 9 Program Magister Multidisiplin, yaitu: Teknologi Nano, Teknologi Kesehatan, Pendidikan Sains 4.0, Digital Technopreneurship, Smart-X, Material Baterai, Kebencanaan, Pariwisata Hayati Berkelanjutan, dan Kepemimpinan Desain.
Program Teknologi Kesehatan merupakan bentuk kolaborasi antara ITB dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Menurut Prof. Reini, hal ini didasari tingginya kebutuhan bangsa Indonesia atas ketersediaan peralatan dan teknologi kesehatan.
“Sangat penting bagi insan kesehatan untuk meningkatkan pelayanan, bukan hanya kuantitas dokter,” kata Rektor ITB. Menurutnya, kemampuan ITB di bidang sains dan teknologi, desain produk, dan manajemen dapat membantu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia.
Prof. Reini menjelaskan peningkatan layanan kesehatan ini dapat berupa percepatan proses pendaftaran, digitalisasi data, percepatan layanan pemeriksaan, dll. Ia optimistis dengan adanya kerja sama yang baik akan mampu menjawab tantangan di bidang pelayanan kesehatan di Indonesia.
Menurut Prof. Reini, saat ini memang telah banyak individu atau kelompok kecil yang mengusahakan perbaikan di bidang kesehatan, namun ITB berupaya untuk membuat kelompok ini menjadi sebuah lembaga. Hubungan kerja sama antara ITB dan Unpad sebetulnya telah berjalan selama 2 tahun, namun memang terdapat beberapa aspek yang perlu dibenahi demi terciptanya dampak yang lebih besar ke Indonesia.
Dekan Sekolah Pascasarjana ITB, Prof. Dr. Suprijadi, M. Eng., turut memberikan penjelasan terkait Program Magister Multidisiplin. Program ini dibentuk atas dasar perkembangan ilmu teknologi yang sangat cepat, frontier teknologi yang bersifat multidisplin, dan perubahan kebijakan dan orientasi pembangunan nasional.
Tantangan yang timbul di kehidupan masyarakat tidak bisa diselesaikan oleh satu disiplin saja. Oleh karena itu, ITB menyelenggarakan program kolaborasi ini untuk meningkatkan kemampuan supaya memiliki dampak yang besar.
“Bagaimana kita membangun program ini? Nantinya ada istilah host atau program induk dan partner. Ini sifatnya fleksibel dan adaptif,” jelas Prof. Suprijadi.
Pada program ini terdapat kompetensi utama yang disusun oleh host yang akan diperkaya dengan mata kuliah dari program studi mitra.
Dengan mengingat kembali Program Teknologi Kesehatan yang akan diusung pada Program Magister Multidisiplin, tantangan di bidang layanan kesehatan ini dapat dijawab oleh persiapan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan di bidang teknologi yang berkaitan dengan kesehatan.
Menurut Prof. Suprijadi, ITB telah memiliki kemampuan riset dan pendidikan teknologi kesehatan, yakni penguasaan instrumentasi, fisiologi, dan komputasi serta analisis data. Namun, ITB belum mempunya fasilitas medis sendiri untuk pengujian dan hilirisasi. Salah satu produk yang berhasil diciptakan ITB adalah tangan dan kaki palsu, sensor deteksi (sensing), dan system thinking.
Prof. Reini menambahkan pembahasan terkait gagasan spesial yang diluncurkan oleh Time Magazine dengan tajuk “The Future of Medicine”. Ia menerangkan bahwa teknologi harus turun tangan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas layanan kesehatan secara global.
Pengaruh teknologi terhadap dunia kesehatan dipicu oleh dampak setelah Covid-19, perubahan iklim, dan faktor sosial. Tiga teknologi yang dibahas pada majalah ini berupa Bioelectronics, Artificial Intelligence (AI) untuk kesehatan, dan Robotics.
Bioelectronics merupakan pengembangan teknologi kesehatan yang berkaitan dengan kelistrikan berupa sinyal sistem saraf yang mengatur segala kegiatan berpikir, berbicara, dan bernapas.
Sementara itu, teknologi AI untuk bidang kesehatan diharapkan mampu meningkatkan akurasi diagnosa dan screening penyakit agar tercipta layanan kesehatan secara komprehensif, efisien, merata, dan personalized. Sedangkan Robotics dapat berupa robotic surgery dan robot terapi lainnya serta protesa dan rehabilitasi.
Program Magister Multidisiplin merupakan hasil kolaborasi program studi yang telah ada sebelumnya sehingga bukan bentuk program studi baru. Program ini memiliki tujuan untuk menjawab permasalahan spesifik di era modern yang semakin kompleks. Calon mahasiswa yang tertarik untuk mengikuti program ini dapat mengakses laman https://sps.itb.ac.id/multidisiplin/.
Reporter: Hanan Fadhilah Ramadhani (Teknik Sipil Angkatan, 2019)
Foto: Hanan Fadhilah Ramadhani