Kolaborasi Teknik Perminyakan ITB dan Pertamina New and Renewable Energy untuk Mencetak Team Leader Hebat di Bidang Energi

Oleh Muhammad Tegar Dewantara - Mahasiswa Teknik Perminyakan, 2021

Editor M. Naufal Hafizh

Para peserta dan narasumber melakukan foto bersama dalam acara "Leadership Training: Mencetak Kader Team Leader Hebat Bidang Energi di Masa Datang” di Multipurpose Hall CRCS Lantai 3, ITB, Jumat (30/8/2024)

BANDUNG, itb.ac.id - Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar "Leadership Training: Mencetak Kader Team Leader Hebat Bidang Energi di Masa Datang", Jumat (30/8/2024), di CRCS ITB.

Kegiatan ini menghadirkan para profesional terkemuka dari Pertamina New and Renewable Energy, antara lain Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis Fadli Rahman, Ph.D., Manajer Pengembangan Bisnis-Inisiatif Hijau Henny Triana, Manajer Pengembangan Bisnis-Energi Terbarukan Adrisman Tahar, dan Manajer Pengembangan Bisnis-Bisnis Masa Depan Muhammad Taufik. Mereka membahas isu-isu krusial terkait masa depan tenaga kerja di Indonesia, sustainability, dan transisi energi. 

Di awal kegiatan, peserta dikenalkan kepada selebritis yang berkomitmen pada sustainability dan lingkungan. Salah satunya kolaborasi band Coldplay dengan program One Tree Planted yang hasil penjualan tiket konsernya digunakan untuk penanaman pohon, menunjukkan bagaimana industri hiburan dapat berperan dalam pelestarian lingkungan.

Diskusi beralih ke topik teknologi bersih dan pentingnya penerapan praktik sustainability dalam sektor energi. Para narasumber menegaskan bahwa meskipun energi fosil masih menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia, diperlukan strategi yang efektif untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkannya.

Salah satu solusi yang diusulkan adalah melalui carbon offset, yaitu menginvestasikan keuntungan dari energi fosil ke sektor Energi Baru Terbarukan (EBT), program penanaman pohon, atau proyek-proyek lingkungan lainnya yang bertujuan untuk mengimbangi emisi karbon dari aktivitas eksplorasi minyak dan gas. Pendekatan ini dipandang sebagai langkah strategis untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan.

Dalam pembahasan mengenai demografi tenaga kerja, terungkap bahwa persentase tenaga kerja dari generasi Z, Alpha, dan Beta diproyeksikan akan meningkat secara signifikan—dari 23% pada tahun 2025, menjadi 53% pada 2035, dan mencapai 72% pada 2045. Data ini menyoroti pentingnya peran generasi muda dalam membentuk masa depan Indonesia, terutama dalam konteks menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang di era transisi energi.

Para pembicara juga memperkenalkan konsep green jobs, yaitu pekerjaan yang terkait dengan sektor energi terbarukan, rendah emisi, dan praktik zero waste, serta berbagai upaya lain dalam pelestarian lingkungan. Menurut laporan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), sektor green jobs diproyeksikan akan berkontribusi sebesar 6,5% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menciptakan sekitar 15,3 juta lapangan kerja baru dalam dua dekade mendatang di Indonesia. Ini merupakan peluang emas bagi generasi muda untuk terlibat aktif dalam pembangunan sustainability dan ekonomi hijau.

Untuk mempersiapkan diri menghadapi dinamika tersebut, para calon tenaga kerja didorong untuk mengembangkan sejumlah keterampilan utama yang diprioritaskan oleh World Economic Forum (WEF) dalam lima tahun ke depan, antara lain:

1. Berpikir analitis;
2. Berpikir kreatif;
3. Ketahanan, fleksibilitas, dan kelincahan;
4. Motivasi dan kesadaran diri;
5. Rasa ingin tahu dan pembelajaran sepanjang hayat;
6. Literasi teknologi;
7. Keandalan dan mendengarkan aktif;
8. Kepemimpinan dan pengaruh sosial;
9. Pengendalian kualitas.

Diskusi juga menyoroti tantangan yang dihadapi gen Z, termasuk kecenderungan untuk mengalami burnout. Para pembicara mendorong peserta mengenali dan mengatasi kelemahan tersebut melalui pengembangan diri yang berkelanjutan dan adaptasi terhadap perubahan.

Mengenai strategi mencapai kesuksesan, konsep grit atau kegigihan jangka panjang diangkat sebagai faktor kunci. Karakteristik penting yang harus dimiliki meliputi:

- Perseverance dan Tenacity: Konsistensi dan keteguhan dalam mengejar tujuan meski menghadapi berbagai hambatan;
- Purpose dan Attitude: Memiliki tujuan yang jelas dan sikap positif yang mendukung pencapaian tujuan tersebut;
- Above and Beyond: Kemampuan untuk melampaui batas dan ekspektasi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab;
- Toughness dan Endurance: Kekuatan dan ketahanan dalam menghadapi tantangan serta kemampuan untuk bertahan dalam situasi sulit.

Sesi ditutup dengan diskusi tentang pentingnya memiliki growth mindset, yaitu pola pikir yang berfokus pada pertumbuhan dan pembelajaran melalui usaha, ketekunan, dan waktu. Dalam sesi tanya jawab, para pembicara menekankan bahwa tidak ada kata terlambat untuk memulai dan beradaptasi dalam dunia kerja yang terus berubah. Mereka juga menyarankan agar calon pekerja mempertimbangkan untuk mengumpulkan pengalaman kerja sebelum melanjutkan pendidikan ke jenjang S2, sehingga studi lanjutan dapat lebih relevan dan didukung oleh pemahaman praktis dari pengalaman profesional.

Para pembicara dan moderator memimpin Salam Ganesha yang dilakukan bersama dengan peserta di Multipurpose Hall CRCS Lantai 3, ITB, Jumat (30/8/2024).

Leadership Training ini memberikan wawasan dan inspirasi bagi generasi muda terutama mahasiswa ITB dalam mempersiapkan diri menghadapi tantangan masa depan, khususnya di bidang keberlanjutan dan transisi energi. Diharapkan, melalui pemahaman dan pengembangan keterampilan yang tepat, generasi mendatang dapat berkontribusi secara signifikan dalam membangun Indonesia yang lebih sejahtera.

Reporter: Muhammad Tegar Dewantara (Teknik Perminyakan, 2021)


scan for download