Promosi Doktor ITB: Iis Nur Asyiah

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

Bandung, itb.ac.id - Sekolah Pasca Sarjana ITB mempromosikan Iis Nur Asyiah sebagai Doktor di bidang pada Sidang Terbuka Program Doktor ITB. Dalam sidang uji disertasi yang dilaksanakan Sabtu (17/2) lalu di ruang Seminar Annex lantai tiga, Iis Nur Asyiah memaparkan disertasi penelitannya yang bertajuk, "Kajian Penggunaan Anti Nematoda dari Tumbuhan dalam Pengendalian Nematoda Sista Kentang (Globodera rostochiensis Woll.)" Staf pengajar Jurusan budidaya Pertanian Universitas Garut ini memilih meneliti nematoda sista kuning (NSK) karena organisme ini merupakan parasit utama pada akar tanaman kentang (Solaneum tuberosum L.). Meurut Brown dan Sykes (1983), kehilangan hasil panen umbi akibat serangan NSK dapat mencapai 2,75 sampai 22 ton per hektar, atau setara dengan 10 sampai 80 persen hasil panen. Parasit NSK diketahui menyerang tananaman kentang di Indonesia pada awal 2003. Diduga NSK terbawa ke Indonesia melalui benih impor dari Eropa; mengingat selama ini banyak petani yang menggunakan benih kentang impor dari Eropa. Kini, umumnya petani Indonesia menggunakan nematisida sintetik. Namun, penggunaan nematisida sintetik berpotensi membahayakan kesehatan lingkungan; terbukti dengan ditemukannya residu dalam air tanah. Penelitian Iis ini memilih ekstrak metanol tumbuhan yang aktif terhadap NSK, menentukan senyawa aktif terhadap NSK, dan selanjutnya, mencari mekanisme kerja senyawa nematisida terhadap NSK. Penelitian Iis menyimpulkan bahwa ekstrak metanol daun dan bunga cengkeh (Syzygium aromaticum) menyebabkan mortalitas NSK yang berada pada tahap juvenil fase-dua (J2) sebesar 94,174,92% dan 99,172,04%. Ekstrak metanol dan bunga cengkeh tersebut mampu secara permanen menghambat penetasan telur NSK. Komponen S. aromaticum yang bersifat nematisida adalah minyak atsirinya. Minyak cengkeh menghambat perkecambahan benih tomat dan kentang, tapi pada saat diaplikasikan 10 hari sebelum tanaman kentang, minyak cengkeh tidak menghambat pertumbuhan tanaman kentang. Minyak cengkeh tidak berpengaruh terhadap pertumbhuhan jamur Trichoderma sp. dan Azotobacter sp. Pengujian minyak cengkeh secara in vivo menunjukkan bahwa minyak cengkeh tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, berat kering tajuk dan akar, kandung klorofil dan hasil umbi kentang; tetapi berpengaruh terhadap jumlah juvenil dan nematoda betina. Senyawa yang bersifat nematisida dalam minyak cengkeh adalah eugenol. Eugenol menghambat aktivitas asetilkolinesterase (AchE) J2, menghambat pembentukan esterase non spesifik sista, dan menghambat pembentukan adenocyn tri-phospate (ATP) sista.