Protein Sel Tunggal Berhasil Dikomersialkan di Denmark, Bagaimana dengan Indonesia?

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG,itb.ac.id-Prodi Teknik Kimia ITB mengadakan kuliah tamu mengenai komersialisasi hasil penelitian Bioproses pada Rabu, 2 Maret 2022. Kuliah ini diisi oleh Dr. Budi Juliman Hidayat selaku Cell Culture Scientist di Fujifikm Diosynth Biotechnologies, Denmark. Budi memiliki pengalaman yang mumpuni di bidang produk bioproses khususnya pada bidang Single Cell Protein.

Budi merupakan alumni Teknik Kimia ITB Angkatan 1988 yang pernah menjabat di Bapedal/Kementrian Lingkungan Hidup. Ia kini bekerja di perusahaan bioteknologi di Copenhagen, Denmark. Pada kuliah tamu ini, Budi menjelaskan mengenai Single Cell Protein yang memiliki nilai komersial yang tinggi serta baik untuk kelestarian lingkungan sekitar.

Apa itu Singel Cell Protein

Singel Cell Protein adalah protein yang berasal dari mikroba atau algae. Keunggulan dari protein jenis ini yaitu dapat menjadi solusi atas masalah kekurangan pangan. Hingga saat ini, konsumsi protein oleh manusia terus mengalami peningkatan. Sehingga mengakibatkan permintaan ikan juga meningkat dan menyebabkan sektor perikanan berada di ambang “overfishing”. Jika hal tersebut dibiarkan, maka ikan yang merupakan sumber protein tinggi dapat mengalami kepunahan. Oleh karena itu diperlukan jenis protein yang baru yang dapat memenuhi kebutuhan protein tanpa mengakibatkan persaingan pangan dan pakan.

Methylococcus capsulatus adalah salah satu bakteri yang dapat digunakan sebagai sumber single cell protein. Jenis bakteri ini biasanya terdapat di sendimen pada dasar danau di Inggris. Bakteri ini memiliki kandungan protein yang tinggi dan sebagai sumber karbon methana. Proses pembuatan protein dari mikroba menggunakan jenis reaktor yang U-Loop Reactor karena dapat memaksimalkan transfer gas. Reaksi juga berlangsung kontinyu.

Protein jenis ini dibuat dengan proses yang ramah lingkungan. Selain itu, penggunaan lahan untuk pabriknya tidak membutuhkan lahan yang luas serta tidak memerlukan penggunaan pupuk jika dibadingkan dengan perkebunan kedelai. Mikroba tidak memerlukan pestisida untuk mempercepat pertumbuhannya serta tidak membutuhkan banyak penggunaan air.

Tantangan Komersial

Industri ini mengalami tantangan dalam penyelenggaraannya di Denmark pada tahun 2010. Tantangan tersebut meliputi belum tersedia reaktor dalam skala besar, tidak ada pengalaman in-house untuk menumbuhkan bakteri M.capsulatus, serta tidak adanya produk yang representatif, dan tidak adanya dana yang memadai. Oleh karena itu dibutuhkan strategi untuk mewujudkan inovasi single cell protein secara komersial.

Guna merealisasikan inovasi ini secara komersial, maka perlu melakukan negosiasi agar terjadi peningkatan pencapaian dengan investor perlu dilakukan. Investor harus diyakinkan dengan inovasi ini yang memiliki potensi lebih baik dibandingkan dengan protein yang lainnya.

Dia menyebut, inovasi ini berhasil dikomersialkan pertama kali pada Oktober 2021 oleh perusahaan UNIBIO. Hingga saat ini, protein sel tunggal di Indonesia masih dalam tahap perkembangan skala pabrik. Tentunya penelitian-penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menghasilkan produk yang layak untuk dikomersialkan.

Reporter: Tarisa Putri (Teknik Kimia 2019)