Prototipe Penjernih Air Buatan Mahasiswa untuk Jawab Permasalahan Air Bersih di Arjawinangun
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
Desain prototipe penjernih air karya mahasiswa Teknik Industri ITB. (Foto: Dok. Pribadi)
BANDUNG, itb.ac.id — Ketersediaan air bersih pada beberapa wilayah di Kecamatan Arjawinangun, Cirebon masih menjadi isu yang belum banyak mendapat penanganan dari pemerintah daerah. Masyarakat sering mengeluhkan air yang kadang tidak mengalir, atau sekalipun mengalir kondisinya keruh.
Berawal dari keresahan terhadap kondisi air di Arjawinangun, mahasiswa Teknik Industri ITB Kampus Cirebon yang tergabung dalam kelompok 5 Idea Lab mencoba membuat prototipe penjernih air (water filter) sederhana yang dapat dibongkar pasang dalam acara pameran Idea Lab 2022 di Kampus ITB Cirebon.
Perwakilan kelompok 5, Benjamin Jusuf Satriobudi (13421115) menjelaskan bahwa water filter yang diciptakan terbuat dari bahan plastik ringan yang bagian atasnya sebagai tempat masuk air merupakan silikon sehingga dapat meyesuaikan diameter kran dengan ukuran yang bervariasi.
Bagian penyaring utama terdiri dari tiga lapis filter, yaitu kerikil, karbon aktif, dan kapas. Kerikil berfungsi untuk menyaring zat terlarut yang ukurannya relatif besar. Sedangkan karbon aktif yang memiliki lebih banyak pori-pori berperan sebagai adsorbent yang menyerap dan mengikat zat kimia berbahaya. Filter terakhir berupa kapas berfungsi untuk menyaring partikel mikro yang masih lolos dari dua tahap penyaringan sebelumnya.
“Untuk bahan kita menggunakan karbon aktif dan kapas khusus, kualitasnya lebih baik daripada yang dijual luas di pasaran, sehingga kita punya daya jual. Walau keadaan di pasar sudah ada water filter, tapi kita fokus di quality of life dari produknya dan kekhususan bahannya,” ujarnya.
Meskipun demikian, air hasil filtrasi alat tersebut belum dapat dikonsumsi langsung karena proses filtrasi hanya dilakukan secara manual. Maka dari itu, lingkup sasaran produk tersebut baru sampai pada kebutuhan nonkonsumsi. Di sisi lain, keunggulan water filter buatan mahasiswa ini adalah lebih tahan lama dan lebih mudah dalam hal perawatan dibandingkan produk sejenis yang banyak beredar di pasaran. Setiap komponen penyaring dalam alat tersebut diberi sekat sehingga mempermudah pengguna dalam proses perawatan.
Benjamin menambahkan, “Alat ini sangat mudah untuk dibongkar pasang. Dalam masa pakai sebulan itu, alatnya bisa digunakan kembali, yang penting filter di dalamnya diganti. Komponen filter kami sediakan juga, sehingga pengguna dapat menggantinya secara mandiri apabila dibutuhkan.”
Ke depannya, para mahasiswa ini berharap prototipe produk water filter mereka dapat dikembangkan lebih lanjut dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada, bahkan hingga mampu menghasilkan air layak konsumsi jika memungkinkan. Mereka menyadari bahwa kebutuhan air merupakan masalah mendasar yang sebenarnya bisa ditangani dengan inovasi dan kreativitas pada bidang yang tepat, sehingga water filter hasil karya mereka dapat dihitung sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah dalam penyediaan air bersih di Arjawinangun dan sekitarnya.
Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)