PSTK ITB Sebarkan Budaya Membatik di Masyarakat

Oleh Edo Belva

Editor Edo Belva

BANDUNG, itb.ac.id -Dalam rangka memperingati hari jadinya yang ke 41, Perkumpulan Seni Tari dan Karawitan Jawa (PSTK) ITB mengadakan Ganesha Membatik. Pada acara ini, peserta mendapatkan pelatihan serta praktik langsung untuk menghasilkan batik mereka sendiri. Acara tersebut diselenggarakan di area parkir Labtek VIII pada hari Sabtu (10/03/12).

Pelatihan kali ini berhasil menarik minat 300 peserta, dan mereka dibagi menjadi 30 kelompok. Tiap kelompok dibimbing oleh satu orang trainer dari anggota PSTK. Kemudian para peserta dapat mulai membatik sesuai dengan kreasi mereka di kaos atau kain yang telah disediakan.

Proses membatik yang diajarkan pada pelatihan kali ini terdiri dari empat tahap, yaitu: mola, nyanting, nyolet, dan nglorot. Mola adalah pembuatan desain atau sketsa awal batik sesuai keinginan peserta. Kemudian nyanting adalah mengoleskan lilin pada sketsa tersebut untuk membatasi daerah pewarnaan menggunakan canting. Proses selanjutnya adalah pewarnaan dan kemudian diberi water glass agar warnanya tidak luntur.

Proses yang terakhir adalah nglorot yaitu menghilangkan lilin yang menempel pada batik dengan cara merendamnya di air panas. Setelah itu batik dijemur dan bisa dibawa pulang oleh peserta sebagai kenang-kenangan. Selain itu canting yang mereka gunakan juga bisa dibawa pulang agar peserta sudah memiliki canting sendiri jika ingin membatik lagi.

Filosofi Membatik

"Setelah mengetahui proses membatik tersebut, saya berharap masyarakat bisa lebih mencitai dan menghargai batik yang telah diakui sebagai warisan budaya kita," ujar Arief Budi Sanjaya (Teknik Mesin 2010) yang merupakan ketua dari acara ini.

Menurut Arief, terdapat filosofi luhur dalam proses membatik itu sendiri. "Proses yang paling sulit dari membatik adalah mencanting, di sana diperlukan kesabaran dan ketekunan yang tinggi untuk menghasilkan batik sesuai keinginan," ujarnya kemudian.

Pelatihan kali ini tidak hanya diikuti oleh civitas akademika ITB saja, tetapi juga terdapat peserta dari luar ITB. Terdapat beberapa alumni, masyarakat umum, bahkan beberapa orang warga negara asing yang juga mengikuti acara menarik ini.

"Saya sebagai pecinta batik baru mengetahui kalau ternyata membatik itu membutuhkan proses yang tidak mudah," ujar Bambang Sadarta (Alumni ITB 1974) yang sengaja mengikuti pelatihan kali ini bersama keluarga. "Saya berharap acara seperti ini terus diadakan, sehingga masyarakat luas bisa lebih mengenal batik," tambahnya.