Rahwana: Suguhkan Seni Budaya dalam Semangat Kolaborasi
Oleh Vinskatania Agung A
Editor Vinskatania Agung A
Pertunjukkan "Rahwana" mengangkat sisi lain dari kisah cinta klasik Ramayana milik Rama dan Sinta. Pertunjukkan ini memberi pesan baru yang bisa penonton bawa pulang disamping sebuah modernisasi dari kisah tokoh-tokoh pewayangan. Menurut penulis naskah sekaligus pemeran Sinta, Farisa Nabila (Teknik Industri 2012), idenya berasal dari hasil eksplorasi tentang hal lain yang tak kalah manis dari kisah seorang pangeran yang menyelamatkan puteri dari seorang raksasa jahat. Rahwana yang selama ini dikenal sebagai antagonis digambarkan memiliki alasan ksatria dibalik aksinya menculik Sinta dari Rama. Sutradara dari pertunjukan ini, Gelda Sella Monika (Manajemen 2016), memaparkan bahwa gagasan utama pentas ini adalah untuk menunjukkan kompleksitas manusia. "Manusia tidak lantas hanya jahat atau sepenuhnya baik. Yang kita anggap jahat, ternyata di mata Tuhan bisa lebih baik dan sebaliknya," jelas Gelda.
Kolaborasi apik dari lima organisasi yang bergerak di berbagai bidang seni membuat Rahwana terbungkus dengan komplit. Gabungan aksi lakon, tarian Jawa kental, musikalisasi suasana, serta adegan-adegan beladiri diolah oleh organisasi dengan fokus studinya masing-masing. Pertunjukan yang diinisiasi oleh Stema ITB ini sekaligus merupakan pentas besar yang diselenggarakan Stema setiap tahunnya selain pertunjukkan teater kecil yang sering mereka adakan di dalam kampus. Sukses dengan pentas musikal "Sang Penunggu Bulan" di tahun lalu, kini Stema ITB lebih banyak berkolaborasi dengan pihak luar dalam menyukseskan pentas mereka.
Menurut Abdi Setia Prakoso (Manajemen 2016) selaku pimpinan produksi, pertunjukan ini dibuat sebagai sarana untuk membangkitkan kembali semangat bhinneka tunggal ika. "Indonesia yang punya potensi keragaman. Melalui Rahwana, orang-orang dengan latar belakang berbeda berkolaborasi untuk mewujudkan hal tersebut dalam wujud seni," ujar Abdi.