Rakata ITB Ingin Wujudkan Kendaraan Efisien Berbahan Bakar Etanol

Oleh Ninik Susadi Putri

Editor Ninik Susadi Putri

BANDUNG, itb.ac.id - Kebutuhan bahan bakar fosil yang semakin meningkat berbanding terbalik dengan ketersediaan bahan bakar ini yang justru kian menipis. Laju peningkatan kendaraan menjadi salah satu faktor yang membuat bahan bakar fosil banyak dicari di seluruh dunia tidak terkecuali di Indonesia. Kelangkaan bahan bakar sering terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Selain kelangkaan yang sering terjadi, bahan bakar fosil juga menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Hal tersebutlah yang mendasari mahasiswa ITB membentuk Tim Rakata.

Tim Rakata merupakan sebuah organisasi terdiri dari beberapa mahasiswa ITB yang berfokus pada isu energi serta transportasi di Indonesia. Tim ini terdiri dari mahasiwa berbagai jurusan diantaranya Teknik Mesin, Aeronotika dan Astronotika, Teknik Industri, Manajemen Rekayasa Industri, serta Desain Komunikasi Visual. Selain itu, dukungan dan bimbingan tidak lupa diberikan oleh beberapa dosen ITB yang ahli dibidang ini. Nama Rakata diambil dari anak Gunung Krakatau yang memiliki letusan yang sangat dahsyat, harapannya tim Rakata dapat mengguncangkan dunia dengan prestasinya. Dengan cita-cita ingin mewujudkan masyarakat dan lingkungan hidup yang lebih sehat, tim Rakata giat mengikuti beberapa kompetisi di internasional salah satunya Shell Eco Marathon.


Kompetisi yang saat ini menjadi perhatian utama bagi tim Rakata adalah Shell Eco Marathon Asia dan juga Indonesia Energy Marathon Challenge. Shell Eco Marathon Asia merupakan sebuah kompetisi internasional yang mempertandingkan kendaraan hemat bahan bakar dan diikuti oleh mahasiswa dari berbagai universitas di Asia. Kompetisi tersebut akan diadakan pada tanggal 6-9 Februari 2015 mendatang di Manila, Filipina. Kompetisi yang selanjutnya adalah Indonesia Energy Marathon Challenge yang merupakan kompetisi pembuatan kendaraan hemat energi yang diciptakan oleh mahasiswa di tingkat nasional. Indonesia Energy Marathon Challenge akan diselenggarakan di Surabaya pada tanggal 15-18 Oktober 2014.


Isu mengenai bahan bakar alternatif dan hemat energi menjadi fokus utama bagi tim Rakata. "Tim Rakata sendiri mengembangkan bahan bakar etanol sebagai bahan bakar alternatif," tutur Arya Wijaya (Teknik Mesin 2011) selaku manajer tim Rakata. Selain bahan bakar alternatif, tim Rakata juga bertujuan ingin mengembangkan alat transportasi yang efisien dan hemat bahan bakar di Indonesia. Ide kendaraan hemat energy yang diciptakan oleh Tim Rakata telah membuahkan hasil yang membanggakan. Tim Rakata berhasil menjuarai beberapa kategori dalam kompetisi Shell Eco Marathon Asia. Beberapa kategori yangberhasil diraih adalah Juara People's Choice Award tahun 2010 dengan konsumsi bahan bakar 133 km/L dan Juara 3 Kategori Prototype Ethanol pada tahun 2014 dengan konsumsi bahan bakar sebesar 212 km/L.


Buat prototype kendaraan yang efisien
Dalam pelaksanaannya, tim Rakata membuat prototype kendaraan berbahan bakar etanol berbentuk pisang. Bentuk ini dipilih karena akan memaksimalkan aerodinamika dari badan kendaraan tersebut. Mesin yang digunakan juga merupakan hasil modifikasi mesin motor yang sudah ada di Indonesia. Mesin yang tadinya menggunakan karburator diubah menjadi sistem injeksi oleh tim Rakata. Material yang digunakan untuk membuat  kendaraan prototype ini berstruktur honeycomb dan menggunakan bahan berpola mirip dengan sarang lebah (honeycomb) yang ringan namun tetap kuat.


Penggunaan bahan bakar etanol sebenarnya sudah banyak digunakan sebelum Perang Dunia II. Namun teknologi bahan bakar fosil berkembang lebih pesat daripada teknologi pengolahan bahan bakar etanol, sehingga bahan bakar fosil lebih terjangkau dan mengungguli popularitas bahan bakar etanol. Harga bahan bakar etanol di pasaran saat ini masih tergolong tinggi, yaitu mencapai Rp 100.000 per liternya, sangat jauh dibandingkan dengan harga bahan bakar fosil per liter yang jauh lebih murah. Tetapi dengan semakin meningkatnya harga bahan bakar fosil, alternatif penggunaan etanol semakin diminati.

Sumber Foto: Dokumentasi Tim Rakata ITB