Rektor: ITB Berupaya Membangun SDM dengan Pola Pikir Industrialis

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami


BANDUNG, itb.ac.id –Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., memaparkan materi tentang upaya membangun sumber daya manusia dengan pola pikir industrialis dalam webinar Road to Indonesian Development Forum (IDF) 2021 yang diselenggarakan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Republik Indonesia, Selasa (29/6/2021).

Dalam salah satu pemaparannya, Prof. Reini sempat menyinggung persoalan teknologi. Dia mengatakan, setiap kali ada perubahan teknologi, maka akan ada pula peristiwa revolusi industri.

"Beberapa dekade yang lalu, para futuris menceritakan tentang adanya gelombang-gelombang perubahan peradaban yang ditimbulkan oleh teknologi," ujar Prof. Reini sebagai kalimat pembuka subtema tiga: Strategi Jitu Peningkatan Produktivitas.

Gelombang pertama terjadi melalui mesin uap dan perkembangan ilmu termodinamika. Gelombang kedua melalui perkembangan teknologi listrik berikut mesin-mesinnya. Gelombang ketiga melalui terobosan teknologi komputer, komunikasi, dan kontrol. Sementara gelombang keempat melalui manufaktur pada tingkat molekuler (nanoteknologi dan bioteknologi).

"Jika ditarik lagi garis besarnya, gelombang I memiliki kata kunci 'kebebasan' dari kendala kondisi alam. Gelombang II punya kata kunci 'konsentrasi' spasial sumber daya. Gelombang III 'komputasi dan kontrol' yang tersebar di berbagai kegiatan, serta pada gelombang IV adalah 'konektivitas'," jelas Prof. Reini.

Prof. Reini juga menyinggung soal transformasi digital. Menurutnya, transformasi digital adalah transformasi kemasyarakatan. Ia bersifat lintas sektoral dan multidimensional. Konektivitas memerlukan simpul-simpul yang mampu menghubungkan simpul lain di sekitarnya, sehingga SDM perlu memiliki kemampuan menghubungkan. Dengan kata lain, transformasi digital ini memerlukan suatu aspek yang disebut connectivity thinking.

Sehubungan dengan itu, ITB sebagai penyelenggara tridharma perguruan tinggi dirasa perlu meningkatkan konektivitas antarpoin tridharma. ITB juga perlu meningkatkan konektivitas antarbidang keilmuan sekaligus konektivitas antara industri dengan akademik, bisnis, dan organisasi lain.

Secara praktis, ITB menerapkan strategi menciptakan SDM yang memiliki pola pikir industrialis. Hal ini diwujudkan melalui transformasi kurikulum, pemutakhiran Learning Management system (LMS), melakukan kolaborasi antarprogram studi bersamaan dengan kolaborasi industri.

Terkait diselengarakannya program Kampus Merdeka sebagai program kompetitif yang diadakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), ITB menjadi salah satu institusi pendidikan yang paling banyak terlibat dalam kegiatan tersebut. ITB bahkan menggunakan dana sendiri dengan program yang terintegrasi dengan skema hilirisasi produk: penelitian, riset, inovasi, multidisiplin, case-study, maupun problem-solving.

"Di luar itu, perlu dicatat bahwa sejak awal kami (ITB) sudah memiliki program kompetitif internal ITB dalam melaksanakan konsep-konsep kampus merdeka di ITB," kata Prof. Reini.
Sebagai penutup, Prof. Reini menjelaskan, ITB tengah melakukan introspeksi terkait pandemi yang tengah melanda. Pandemi ini memberikan pelajaran penting berkaitan dengan konektivitas, yaitu solidaritas.

Secara singkat, solidaritas adalah kesepakatan akan tindakan, kepentingan bersama, dan saling mendukung. Jika solidaritas itu rendah, maka konektivitas yang terbentuk bisa bersifat rapuh. Solidaritas harus diperkuat untuk membuat konektivitas menjadi lebih kokoh dan tahan lama guna memberikan hasil berupa SDM yang memiliki pola pikir industrialis.

Reporter: Athira Syifa P. S. (Teknologi Pascapanen, 2019)


scan for download