Rektor ITB Sampaikan 3 Langkah Kunci Wujudkan Knowledge Exchange pada Dies Natalis ke-64 ITB
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-64, Institut Teknologi Bandung (ITB) menyelenggarakan Sidang Terbuka Dies Natalis ke-64 pada Kamis (2/3/2023). Acara diselenggarakan secara luring di Aula Barat ITB dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Institut Teknologi Bandung.
Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., mengatakan tahun ini menjadi tahun ketiga baginya berdiri memperingati perjalanan ITB sebagai Perguruan Tinggi Negeri tertua di Indonesia. Perjalanan panjang telah dilalui dengan suka duka di dalamnya. Kita sebagai aset bangsa putra-putri bangsa turut andil dalam perjalanan panjang ITB. Berasal dari beragam daerah dan budaya, hal inilah yang membuat ITB menjadi kaya.
Apresiasi setinggi-tingginya disampaikan oleh Prof. Reini kepada pendiri ITB yang telah meletakan pondasi keilmuan, kemanusiaan, kebudayaan, dan kebangsaan menjadi pijakan bersama. Perguruan tinggi hadir untuk berkontribusi bagi keilmuan. Untuk menjaga dampak dan peranan keilmuan tersebut di masyarakat, suatu perguruan tinggi harus mampu beradaptasi dengan dinamika masyarakat.
Ruang dan tantangan yang dihadapi Indonesia telah berbeda. Saat ini, berbagai bidang keilmuan semakin intensif dan perputaran sirkulasi pengetahuan telah berlangsung sangat cepat hingga mampu menjangkau seluruh dunia. Hal ini menjadi peluang sekaligus tantangan baru.
Rektor mengatakan, ITB punya status yang tersendiri. “Kita adalah reservoir dari akumulasi panjang perkembangan ilmu pengetahuan serta engine bagi perkembangan dan diseminasi pengetahuan. Kita mampu meningkatkan dampaknya di masyarakat dengan cara berinteraksi dan berkolaborasi lebih erat dengan berbagai mitra di masyarakat,” ujarnya.
Keberadaan perguruan tinggi tidak secara niscaya menimbulkan dampak di masyarakat. Dampak tersebut akan timbul bilamana perguruan tinggi sadar untuk memilih meningkatkan dampaknya. Caranya yaitu dengan menempuh berbagai langkah yang betul-betul diarahkan pada systematic knowledge exchange. Upaya itu dijalankan secara sadar dan sistematis dengan desain dan eksekusi baik. “Di sini yang ditekankan bukan knowledgenya tapi exchange,” ungkap Prof. Reini.
Civitas akademika ITB yang bertugas sebagai agent of exchange harus mampu mewujudkannya. Terdapat tiga langkah kunci untuk mencapainya. Pertama, upaya untuk secara sistematis identifikasi kebutuhan para mitra dan luaran yang dimiliki Perguruan Tinggi melalui dialog. Kedua, komunikasi atas dasar keterbukaan dan saling percaya dan konsultatif. Pentingnya pelaksanaan kegiatan Tridharma yang responsif terhadap kebutuhan-kebutuhan tersebut. Ketiga, upaya-upaya proaktif dari berbagai pihak untuk mendorong pertukaran pengetahuan.
“ITB 2025 menggariskan untuk semakin mengembangkan posisinya sebagai perguruan tinggi yang globally respected, locally relevant. Dengan hal ini, ITB mampu berdampak bagi bangsa,” kata Rektor.
Saat ini, ITB telah mempersiapkan langkah menuju perubahan besar sebagai agent of Knowledge Exchange. Prof. Reini berharap dengan cara dialog dan rasa saling percaya dapat membangun kesepahaman dan memperkuat kebersamaan.
Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi 2019)