Relawan Penanggulangan Bencana Lembang dan FITB ITB Bentuk Masyarakat Tangguh Bencana Gempa Sesar Lembang
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Sesar Lembang yang membujur sepanjang Padalarang hingga Jatinangor merupakan zona rawan terhadap gempa. Terdapat 20 desa di 4 kecamatan Bandung Barat yang dikategorikan sebagai zona bahaya oleh BPBD. Estimasi kerugian ditaksir mencapai Rp 4 triliun dan 155.383 penduduk diperkirakan terpapar dampak bencana tersebut di wilayah sesar Lembang.
Untuk meningkatkan kesadaran terkait kebencanaan yang terjadi, dilakukan sosialisasi penyelamatan gempa bumi. Sekolah-sekolah yang berada di zona bahaya tersebut menjadi sasaran utama untuk kegiatan edukasi dan pembiasaan sejak dini.
Ratusan siswa SDN Merdeka, Desa Gudangkahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat berpartisipasi dalam kegiatan edukasi dan simulasi penyelamatan gempa bumi Sesar Lembang. Kegiatan tersebut digagas oleh Relawan Penanggulangan Bencana Lembang (RPBL) yang berkolaborasi dengan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) Institut Teknologi Bandung. SDN Merdeka merupakan 1 dari 93 sekolah yang dipetakan dalam zona bahaya Sesar Lembang.
Anak-anak SD tersebut melakoni kegiatan dengan antusias. Penjelasan mengenai karakteristik patahan Lembang serta potensi gempa bumi yang akan terjadi disampaikan dengan metode yang mudah dipahami. “Saya jadi bisa mengetahui cara menyelamatkan diri ketika gempa terjadi, salah satunya berlindung di kolong meja,” cerita Ikhsan, salah satu siswa SDN Merdeka.
Selain itu, para siswa juga diajarkan cara melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) kemudian mencari tempat berlindung. Mereka diajak untuk tetap tenang dan mengikuti petunjuk jalur evakuasi agar dapat menyelamatkan diri.
Kegiatan dan simulasi gempa bumi Sesar Lembang ini merupakan bagian dari program Institutional Support System Mengajar Kemanusiaan dari Teknik Geodesi dan Geomatika. “Selain SDN Merdeka, kami juga melakukan edukasi di SOS Children Village Lembang, SDN Pancasila, SDN Wangunsari, SDN Pasirwangi, dan SMP Islam Al Musyawarah,” tutur Dr. Alfita Puspa Handayani, dosen Teknik Geodesi dan Geomatika ITB seperti dikutip dari Jabar Ekspress.
Untuk meningkatkan ketangguhan terhadap bencana, harus dimulai dari anak-anak. Oleh karena itu, para siswa SD tersebut dibekali dengan kurikulum kebencanaan.
“Kurikulum kebencanaan yang diintegrasikan dengan kurikulum yang sudah ada, diharapkan dapat membangun masyarakat sejak dini untuk lebih tangguh. Hal ini diaktualisasikan lewat pengenalan, pemahaman, dan kebiasaan,” jelas Dr. Alfita.
Reporter/Penulis: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)