Rembuk Daerah I: Tantangan Pangan Masa Depan

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami


BANDUNG, itb.ac.id–Bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia, Rembuk Daerah I bertema “Tantangan Pangan Masa Depan” diselenggarakan IAITB dan dimoderatori Aryani Sianipar (BM’08) pada Sabtu (16/10/2021) pada platform Youtube. Keynote speaker kali ini adalah Dr. Ir. Suwandhi, M.Si (Dirjen Tanaman Pangan Kementan RI) sebagai perwakilan Menteri Pertanian, Glory H. Sihombing (Direktur Konservasi PT Agrinas) sebagai perwakilan Direktur Utama PT Agrinas, dan Ir. Junter Marbun (Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Humbahas) sebagai perwakilan dari Bupati Humbang Hasundutan. Acara ini dihadiri stakeholder penting yang bergerak di sektor ketahanan pangan.

Rembuk Daerah merupakan sebuah proses “bottom up” bersama teman-teman daerah yang tersebar yang didampingi pengurus-pengurus Ikatan Alumni di daerah membahas permasalahan terpilih yang diprioritaskan. Untuk Rembuk Daerah kali ini membahas inovasi dan teknologi biologi dalam mendukung ketahanan pangan.

Ketua Umum IAITB, Gembong Primadjaja mengatakan, pembahasan isu ketahanan pangan melalui rembuk daerah dapat mengurai benang kusut ketahanan pangan dan menjahitnya dalam sebuah brief policy yang siap digunakan pemerintah Indonesia dalam rangka menjaga ketahanan pangan nasional.

Sementara itu, Kepala LPKSDA, Basar Simanjutak berharap hasil dari rembuk daerah ini dapat menjadi suatu titik awal untuk melanjutkan pemahaman dan action dalam mengatasi krisis pangan.

Pembicara pertama adalah Dr. Ir. Suwandhi selaku Dirjen Tanaman Pangan Kementan RI. Ketahanan pangan berdasarkan UU No.1 2020 tentang Cipta kerja adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Ketahanan pangan sangat penting agar sebuah bangsa dapat berdikari. Tantangan pangan masa depan saat ini berupa pemulihan ekonomi nasional masa pandemi Covid-19, serta peningkatan kapasitas produksi dan diversifikasi pangan lokal dengan beberapa cara bertindak.

Glory H. Sihombing selaku Direktur konservasi PT Agrinas menjadi pembicara kedua menggantikan Rauf Purnama selaku Direktur Utama PT Agrinas. Dia menjelaskan, kondisi pangan saat ini tergambar dari peningkatan konsumsi tepung terigu sebagai sumber karbohidrat alternatif diikuti dengan penurunan konsumsi beras. Hal ini dapat meningkatkan potensi dan resiko krisis ketahanan pangan berupa embargo karena semakin bergantung pada impor. Maka dari itu, substitusi komoditas bahan baku tepung diperlukan agar tidak bergantung dengan negara lain.

Komoditas yang berpotensi menjadi substitusi tepung adalah singkong –mudah ditanam, punya banyak produk turunan, seluruh bagiannya bernilai ekonomis, dan nilai yieldnya jauh lebih tinggi daripada beras –melalui mocaf (modified cassava flour).

Pembicara ketiga adalah Ir. Junter Marbun selaku Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Humbang Hasundutan sekaligus pemerintah daerah yang menangani food estate yang berfokus pada produk holtikultura.

Pelaksanaan food estate dibantu dengan Perpres No.109 tahun 2020 yang memperlancar program peningkatan penyediaan pangan nasional (food estate). Beberapa komoditas pangan yang tetap dipenuhi melalui impor disebabkan karena tidak sesuainya agroklimat lokal dan produktivitas hasil pertanian belum optimal akibat keterbatasan teknologi pertanian dalam negeri.

Ada 4 komponen utama pengembangan food estate, yakni sebagai mitra sebagai petani pemilik lahan, pemerintah yang bertugas memberikan perizinan, membersihkan lahan, membangun infrastruktur irigasi dan jalan akses pertanian, serta memfasilitasi pertanian untuk mekanisasi dan digitalisasi, off-taker sebagai pendamping dan penyuluh petani di setiap beberapa luas tertentu, serta research center and university yang mengembangkan teknologi dan inovasi.

Tindak lanjut yang akan dilakukan berupa penyelarasan pembagian tugas antarstakeholder, identifikasi jenis tanaman di food estate yang bernilai ekonomi tinggi dan sesuai kondisi agroklimat supaya memiliki kepastian pasar bagi petani, upaya peningkatan kesejahteraan petani melalui efisiensi biaya operasional dan peningkatan produktivitas hasil panen, serta upaya pemerintah untuk menyosialisasikan pengembangan food estate kepada masyarakat.

Reporter: Najma Shafiya (Teknologi Pascapanen, 2020)

Sumber foto: freepik