Reswita Dery Gisriani: Raih Ganesha Prize, Cita-cita Majukan Bioteknologi Indonesia

Oleh Fathir Ramadhan

Editor Fathir Ramadhan

BANDUNG, itb.ac.id - Reswita Dery Gisriani, Sains dan Teknologi Farmasi (STF) angkatan 2008, keluar sebagai pemenang Ganesha Prize ITB 2011. Tiap tahunnya, masing-masing program studi di ITB mencalonkan satu orang mahasiswa berprestasi (mapres). Mapres tiap program studi kemudian diseleksi agar didapat perwakilan mapres setiap fakultas. Mapres tingkat fakultas diseleksi agar didapat Pemenang, First Runner-Up,dan Second Runner-Up Ganesha Prize.

Selama menjalani perkuliahan di ITB, Reswita telah terlibat di banyak kegiatan. Ia berpatisipasi di Young Leaders for Indonesia (YLI) McKinsey Company, Operational Manager di StudentsxCEO, juga aktif sebagai anggota tim protokoler ITB. Karena keaktifannya dalam event Model United Nations (MUN) seperti IndonesiaMUN 2010 di Universitas Indonesia dan WorldMUN 2011 di Singapura, saat ini, ia dan beberapa orang teman sedang terlibat dalam pendirian Ganesha Model United Nations Club.

Di bidang keilmuan, gadis kelahiran Januari 1991 ini pernah mengikuti Asian Pacific Pharmaceutical Symposium di Penang, Malaysia pada 2009 dan di Seoul, Korea Selatan pada 2010. Pada partisipasi di Seoul, ia beserta tim dari Himpunan Mahasiswa Farmasi (HMF) berhasil meraih juara pertama Pharmacy Exhibition se-Asia Pasifik. Pharmacy Exhibiton adalah kompetisi membuat video berisikan ide dan inspirasi mengenai keilmuan dan aplikasi farmasi yang ideal. Presentasi video oleh Reswita dan tim berhasil mengalahkan tim-tim dari negara lain dan menempatkan Singapura di posisi juara kedua.

Di bidang enterpreneurship, anggota dari Sekolah Pengusaha Muda ITB ini juga merupakan pemilik dari "3.000 Bottles and Newspaper for Young Convicts", proyek mengumpulkan botol dan koran bekas untuk kemudian dijual. Hasil penjualan akan digunakan untuk membiayai susu, kaos, dan pendidikan bagi anak-anak yang mendekam di rumah tahanan. Proyek sosial yang menggalang partisipasi dari himpunan jurusan dan dosen-dosen ITB ini awalnya merupakan proyek YLI, namun saat ini dilanjutkan secara pribadi.

Minat terhadap wirausaha menuntun Reswita mengukir impian dan cita-cita sebagai pengusaha. Ia bercita-cita menjadi wirausaha di bidang bioteknologi. "Indonesia memiliki peluang besar di bidang ini. Lihat saja Biofarma, perusahaan bioteknologi terbesar di Asia Pasifik. Saya ingin sekali mengangkat nama besar Indonesia di bidang bioteknologi sembari membuka lapangan kerja yang luas untuk masyarakat Indonesia," tuturnya.

Dalam jangka dekat, ia memiliki dua target: lulus S1 dan fasttrack S2 tepat waktu, serta mendirikan sekolah gratis bagi anak jalanan dan wanita. "Masterplan dan riset tentang target sudah dilakukan. Beberapa pengusaha donatur juga sudah dikontak," ujarnya menjelaskan capaian saat ini. "Target pertama adalah kota Bandung, tapi jika memungkinkan akan dilanjutkan se-Indonesia."