Runner Up Mahasiswa Berprestasi ITB 2016: Kembangkan Model Pengembangan Technopreuneurship

Oleh Bayu Septyo

Editor Bayu Septyo

BANDUNG, itb.ac.id - Sebagai institusi pendidikan yang unggul, ITB secara kontinu meningkatkan kualitas mahasiswa lulusannya supaya siap menghadapi persaingan global. Guna menggambarkan hal itu, ITB kembali menggelar seleksi Mahasiswa Berprestasi ITB 2015/2016 pada April hingga Mei 2016. Nursayyidah Ainun Jahsy sebagai salah satu kandidat berhasil menduduki posisi runner up pertama Mahasiswa Berprestasi ITB 2016 dengan mengusung tulisan bertajuk "Model Menumbuhkan Technopreneur dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing Industri Indonesia sebagai Solusi Masalah Ketenagakerjaan bagi Penyandang Cacat pada Kasus Industri Textile Wax Roll".

Proses seleksi Mahasiswa Berprestasi ITB 2015/2016 yang dimulai sejak April ini diawali dengan seleksi tingkat program studi, kemudian tingkat fakultas, dan puncaknya adalah seleksi tingkat ITB. Seleksi ini mempertimbangkan penilaian dari berbagai aspek meliputi prestasi akademik dan non akademik, kemampuan berbahasa Inggris, kemampuan presentasi, dan pemahaman pada topik yang dipilih. Semua itu diusung dalam tema "IPTEK dan Inovasi Untuk Daya Saing Bangsa" dengan lebih dari 30 subtopik untuk dikembangkan.

 

Memilih subtopik enterpreuneurship, perempuan yang akrab disapa 'Ainun' tersebut melihat potensi yang besar dari seorang enterpreuneur dalam meningkatkan kualitas ekonomi bangsa melalui perannya membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Ainun tertarik memperdalam topik tersebut lantaran melihat kebutuhan Indonesia saat ini akan sosok entrepreneur yang belum juga terpenuhi.

 

Textile Wax Roll, Lapangan Kerja bagi Penyandang Cacat

 

Industri tekstil menyumbang 10% Produk Domestik Bruto (PDB) bagi Indonesia. Dalam proses pembuatan kain, Industri tekstil pada umumnya menggunakan textile wax roll untuk melapisi benang, dengan tujuan mengurangi indeks hairiness pada benang. Indeks hairiness yang tinggi dapat meningkatkan gesekan selama proses pembuatan kain serta dapat menimbulkan kerusakan alat yang berujung pada kerugian perusahaan itu sendiri. Textile wax roll merupakan salah satu senyawa parafin turunan dari produk olahan minyak bumi. Produk ini sebagian besar diimpor dari Jerman dalam kuantitas yang cukup banyak dengan biaya sekitar 751 miliar rupiah per tahun. Kondisi ini menimbulkan keresahan bagi Ainun selaku akademisi dari Teknik Kimia ITB.

 

Menurutnya, proses sintesis textile wax roll sebenarnya tidak terlalu sulit dan berpotensi untuk diproduksi secara komersil di Indonesia. Menurut peraturan perundang-undangan industri berkenaan dengan ketenagakerjaan, dijelaskan bahwa untuk setiap 100 pekerja, harus terdapat 1 penyandang cacat yang diperkerjakan. Kenyataannya, mayoritas kegiatan industri belum memberikan satupun kesempatan kerja bagi penyandang cacat. Melalui model yang ia kembangkan, Ainun berharap nantinya industri ini dapat berkembang pesat dan menyumbang lapangan pekerjaan bagi penyandang cacat sehingga mereka mampu memenuhi kebutuhan mereka dari hasil pekerjaan tersebut. Hingga saat ini, Ainun sudah berhasil memroduksi textile wax roll hingga 3 ton per hari dan masih bisa dikembangkan lagi.

 

Fokus dan Manajemen Diri

 

Ainun mengakui perjuangan meraih gelar ini tidaklah mudah, mengingat para peserta lain yang juga memiliki beragam prestasi gemilang. Selain itu, ia masih harus menuntaskan penelitiannya tentang torefaksi limbah kayu karet. Namun, dukungan dari orang tua, teman, serta Dr. Melia Laniwati Gunawan dan Dr. Dwiwahju Sasongko selaku dosen pembimbing selama seleksi dan penelitian, membuatnya terus berusaha untuk mencapai predikat terbaik dalam ajang seleksi Mahasiswa Berprestasi ITB 2016.

 

Di mata teman-temannya, Ainun merupakan sosok perempuan yang impresif karena kemampuannya menyeimbangkan akademik dan non akademik dengan sangat baik. Ainun juga berhasil menorehkan banyak prestasi di tempat lain seperti Young Social Entrepreneurs 2016 by SIF , International Student Joint Capstone Design Project 2016 dan menjuarai gelaran Chemical Engineering Challenge 2015 di Malaysia, serta menjadi Winner of Oil Rig Design PETROVA pada tahun 2015 silam.

 

Mojang kelahiran Karawang, 30 Maret 1993 ini juga aktif di berbagai organisasi. Ainun merupakan pendiri sekaligus presiden dari American Institute of Chemical Engineer ITB Student Chapter (AIChE ITB SC) pada 2014 silam, co-founder dan board of leader dari Students Catalyst, serta menjadi National Ambassador Badan Koordinasi Kegiatan Mahasiswa Teknik Kimia Indonesia (BKKMTKI) pada 2015 lalu. Gadis yang hobi berolahraga ini pun sempat mengikuti program pertukaran pelajar ke Kyoto University pada 2015 setelah sebelumnya sempat menuntut ilmu di Juneau-Douglas High School, Alaska sewaktu SMA.

 

"Nikmati saja, dan tentu harus fokus pada tiap hal satu per satu," jawabnya saat ditanya bagaimana caranya membagi waktu dan aktivitasnya yang sangat padat. Ainun berharap model yang ia sudah kembangkan ini dapat terus ditingkatkan dan diperbaiki seiring waktu hingga industri textile wax roll dapat berkembang pesat, mampu memenuhi permintaan industri tekstil Indonesia dan berpeluang untuk diekspor sebagai sumber devisa negara.

 

ITB Journalist Apprentice

Irfaan Taufiiqul Rayadi (Teknik Kimia 2013)


scan for download