Sains dan Teknologi Bangunan dalam Merespons Pandemi dan AKB
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id--Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB menyelenggarakan webinar dengan topik Sains dan Teknologi Bangunan. Webinar ini diisi oleh Dr. Ir. Surjamanto Wonorahardjo, M.T., Ir. Dian Irawati, M.T., Dr.Eng. M. Donny Koerniawan, S.T., M.T., dan Dr. Ir. Lily Tambunan, M.T., acara webinar ini dipandu oleh Dewi Larasati, S.T., M.T., Ph.D.
Pada webinar ini, Dosen SAPPK ITB Dr. Surjamanto menyampaikan materi mengenai berbagai perspektif teknologi bangunan untuk ketahanan pada masa pandemi. Menurutnya, perspektif teknologi dibagi menjadi tiga yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan fisik. “Teknologi berperan menyejahterakan manusia untuk merubah lingkungannya, dan lingkungan adalah objek yang dikelola oleh manusia,” ujar Surjamanto.
Berkaitan dengan hal tersebut, ia menyampaikan bahwa teknologi berperan dalam bidang ekonomi untuk membuat peradaban maju, tetapi teknologi juga berpotensi untuk mengubah lingkungannya sehingga perlu kajian lebih lanjut agar dapat dikendalikan.
Selain memahami teknologi, perlu dipahami juga perspektif lingkungan sebagai objek yang dikelola. Lingkungan terdiri atas udara, air, dan tanah yang seluruhnya merupakan satu kesatuan, dan manusia merupakan bagian dari lingkungan. Kesatuan lingkungan tersebut menyebabkan munculnya beberapa isu lingkungan seperti pencemaran, penyakit, bencana alam, dan konsumsi energi, sehingga perlu dilakukan tindakan untuk membentuk lingkungan yang berkelanjutan. Salah satu inovasi teknologi yang selaras dengan alam adalah bambu yang digunakan untuk konstruksi bangunan beberapa tempat seperti Great Hall Outward Bound Indonesia dan Masjid Annur Aceh, Kab. Lombok Utara, NTB.
Sesi webinar yang kedua diisi oleh Dian Irawati yang membahas strategi adaptasi bangunan gedung terhadap pandemi melalui pengelolaan Indoor Air Quality. Berdasarkan UU No. 28/2002 terdapat beberapa aspek persyaratan keandalan di antaranya keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. Salah satu hal yang penting pada adaptasi bangunan di tengah pandemi COVID-19 ini adalah penghawaan dan kondisi udara dalam ruang yang harus sesuai dengan persyaratan kesehatan. Kondisi udara ruang (Indoor Air Quality) perlu diperhatikan di tengah pandemi COVID-19 karena penyebaran virus tersebut bersifat airborne.
Terdapat beberapa jenis polutan udara yaitu suspended articles seperti debu, asap, dan kabut, Volatile Organic Compounds (VOCs) seperti formalydehyde, benzene, toluene, dan mikroorganisme seperti bakteri, virus, spora, lumut. “Di Indonesia sendiri jumlah partikel dalam dan luar ruangan sudah diatur oleh Kemenkes melalui Permenkes 1077/2011 yang mengatur bahwa partikelmeter 2.5 tidak melebihi 35 mikrogram per meter kubik sedangkan partikelmeter 10 tidak melebih 70 mikrogram per meter kubik,” ujar Dian.
Pada sesi selanjutnya, Donny Koerniawan memaparkan mengenai paparan sinar UV pada bangunan. Sementara Lily Tambunan memaparkan bahaya kebakaran pada bangunan di tengah situasi pandemi COVID-19. Seluruh materi yang disampaikan pada webinar ini saling berhubungan mengenai teknologi bangunan di tengah pandemi.
Reporter: Diah Rachmawati (Teknik Industri, 2016)