Sampah Itu Menggunung di Dekat Kampus Ganesha ITB

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

Sudah nyaris dua bulan terakhir ini, sampah di tempat pembuangan sementara (TPS) Tamansari yang terletak di sebelah barat ITB tidak diangkut ke TPA. TPA sebelumnya, TPA Cicabe, ditutup karena sudah tidak dapat menampung sampah lagi. Sampai hari ini, sampah tersebut sudah menggunung dan tumpah ke jalan raya sehingga mengganggu arus lalu lintas. Baunya yang menyengat sangat mengganggu warga sekitar. Sebenarnya, TPS Tamansari sudah tidak boleh lagi menerima sampah dari wilayah sekitar karena kapasitasnya sudah penih. Namun karena setiap hari sampah terus menerus ada, maka petugas TPS pun tidak dapat memberhentikan arus sampah ini. Akibatnya, dapat kita lihat sekarang ini. Gunungan sampah yang tidak teratur dan tumpah ke jalan. “Orang-orang banyak yang membuang sampah ke sini pada waktu malam hari, ketika tidak ada yang menjaga TPS ini,” jelas Pak Yan, mandor TPS Tamansari dan beberapa TPS lain di Bandung. Sampah-sampah ini baru bisa dibersihkan dua minggu lagi. Sampai saat ini, persiapan untuk TPA yang baru belum juga selesai. TPA yang baru baru bisa digunakan bila sudah sesuai dengan kriteria yang berlaku dan tentunya disetujui oleh warga sekitar. Untuk saat ini, tidak banyak yang bisa dilakukan. “Saya ga bisa ngebayangin untuk dua minggu ke depan akan seperti apa,” katanya sambil menatap gunungan sampah yang tumpah ke jalan itu. Sampah yang menumpuk ini jelas sangat mengganggu. Belatung-belatung menyebar di sekitar TPS Tamansari di warung-warung dan perumahan penduduk di sekitarnya. Bahkan sekarang, juga ke jalan Tamansari. Sampah sudah menutupi setengah jalan tamansari. Bau yang menusuk mengganggu orang yang lewat di sekitarny terutama penduduk sekitar. Bila situasi ini berlangsung terus menerus, akan buruk dampaknya terurama bagi kesehatan. Fenomena ini terjadi secara menyeluruh di kota Bandung. Saampah-sampah menumpuk di TPS-TPS. Tidak banyak yang bisa dilakukan. Bagaimana pun juga, sampah adalah sesuatu yang terus yang dihasilkan selama kita melakukan aktifitas sehari-hari. Selain mengganggu jalan, membuat macet, sampah yang menumpuk itu menimbulkan bau yang tidak sedap yang tercium hingga radius 300 meter. Dikhawatirkan, permasalahan ini akan berdampak juga pada kesehatan warga sekitar mengingat air lindi yang keluar dari tumpukan sampah ini menjadi sarang nyamuk dan bakteri penyakit untuk berkembang. Belum lagi muncul belatung yang tumbuh dan memenuhi lingkungan sekitar sampah. Di ITB sendiri, sampah kampus ini menumpuk di belakang kompleks kampus, dekat Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB. Sampah tertumpuk hingga melebihi tiga kontainer ukuran 60 meter kubik yang berjejer di sana. Hingga sekarang belum ada langkah signifikan baik dari ITB maupun dari masyarakat sekitar yang mampu menyelesaikan masalah ini. Jumat lalu (19/26) warga sekitar dengan dibantu beberapa prajurit Angkatan Darat dari Koramil setempat hanya mampu “merapikan” tumpukan sampah. Pada hari yang sama beberapa mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain mengadakan pertunjukan fesyen bertajuk “Trash Culture” sebagai bentuk keprihatinan mereka. Belum ada solusi teknis yang mampu menyelesaikan masalah ini. Beberapa warga sekitar mencoba membakar sampah, namun hasilnya tidak jauh berbeda. (gita)