Satu-satunya dari Asia Tenggara, Tim Glutara dari ITB Masuk Top 10 Google Solution Challenge 2024

Oleh Raja Parmonang Manurung - Teknik Pertambangan, 2021

Editor M. Naufal Hafizh


BANDUNG, itb.ac.id – Empat mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) masuk top 10 kompetisi Google Solution Challenge (GSC) yang yang diselenggarakan oleh Google Developer Student Clubs (GDSC).

Melalui kompetisi ini, mahasiswa dari berbagai negara di dunia menciptakan solusi inovatif yang berdampak bagi masyarakat dengan menggunakan teknologi dari Google. Harapannya, setiap tim dapat mendukung 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Tahapan kompetisi meliputi pendaftaran dan penyampaian ide, pengembangan dan pengajuan proyek, penjurian, dan pengumuman pemenang. Tim Glutara meraih top 10 GSC setelah bersaing dengan negara-negara di dunia, seperti Korea Selatan, India, Amerika Serikat, dan Pakistan. Persaingan ini berlangsung pada demo day yang telah diselenggarakan pada Kamis (27/6/2024) melalui kanal Youtube Google Developer Student Clubs (GDSC).

Tim Glutara yang beranggotakan Austin Gabriel Pardosi, Go Dillon Audris, Margaretha Olivia Haryono, dan Michael Leon Putra Widhi mengusulkan inovasi untuk memecahkan persoalan pasien diabetes.

“Pada dasarnya, pasien harus melakukan metode finger pricking untuk memeriksa kadar gula darah. Tentunya, metode ini umumnya menyakitkan pasien dan menimbulkan perasaan tidak nyaman. Selain itu, dengan menggunakan metode ini, pasien harus secara rutin memeriksa kadar gula darahnya,” kata Austin.

Glutara hadir untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan solusi memeriksa gula darah secara periodik tanpa menggunakan metode finger picking. “Solusi yang kami tawarkan adalah CGM (Continuous Glucose Monitor) yang dapat mengambil data pengguna secara terus-menerus,” tutur Olivia. Dengan menggunakan pembelajaran mesin, data ini akan diproses untuk menghasilkan prediksi gula darah yang ditampilkan kepada pasien lewat aplikasi Glutara.

Selain fitur pemeriksaan gula darah, Glutara memiliki sejumlah fitur lain pada aplikasinya. Pertama, pencatatan log aktivitas, yakni pengguna dapat mencatat waktu tidur, olahraga, makanan, dan medikasi/pengobatan yang dilakukannya. Kedua, fitur relasi untuk membantu keluarga memantau kadar gula darah pasien. Ketiga, pengenalan makanan atau food recognition. “Melalui food recognition ini, pengguna dapat mengambil atau mengunggah foto makanan mereka. Lalu, dapat diketahui nama makanan tersebut serta kandungan nutrisi di dalamnya,” kata Dillon.

Perjalanan tim Glutara ternyata tidaklah selalu mudah. Banyak tantangan yang dihadapi selama lebih dari enam bulan mengembangkan inovasinya, mulai dari kesibukan akademik hingga minimnya pengetahuan di bidang elektro dan biomedis.

Untuk mengatasi hal itu, tim Glutara berusaha untuk saling menyemangati satu sama lain. “Ketika sedang jenuh atau capai, kami ingat kembali tujuan awal kami, yaitu menciptakan sebuah solusi yang dapat membantu banyak orang,” kata Olivia.

“Kami juga bersyukur memiliki lingkungan yang sangat suportif, seperti mentor dari Google yang mendampingi selama kompetisi,” kata Dillon.

Melalui kompetisi ini, tim Glutara mengambil banyak pembelajaran. “Jangan takut untuk mencoba hal baru yang mungkin terlihat mustahil,” ujar Austin. Mereka percaya bahwa yang terpenting adalah berusaha semaksimal mungkin, selalu terbuka untuk belajar hal baru, dan bersenang-senang di balik padatnya linimasa berkompetisi. Tim Glutara berpesan untuk “stay creative and keep innovating”.

Reporter: Raja Parmonang Manurung (Teknik Pertambangan, 2021)


scan for download