SBM ITB Bahas Pengelolaan Pengetahuan Transendental untuk Pengendalian Diri dalam Studium Generale

Oleh Fairuuz Fawwas Alfarizi Tantuayo - Mahasiswa Kewirausahaan, 2024

Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id - Sekolah Bisnis dan Manajemen, Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) menggelar Studium Generale dan Talkshow Knowledge Management Guru secara bauran, di Auditorium Nemangkawi SBM ITB dan via Zoom, Jumat (20/9/2024). Prof. Dr. Ir. Jann Hidajat Tjakraatmadja, MSIE., menjadi pembicara Studium Generale bertema "Transendental Knowledge Management". Sementara Talkshow bertajuk "Pengetahuan, Kebijaksanaan, dan Spiritualitas: Fondasi untuk Masa Depan yang Berkelanjutan" menghadirkan narasumber antara lain Heru Prasetyo, Priyantono Rudito, dan Prof. Dian Masyita, Ph.D..

Prof. Jann menguraikan pentingnya pembelajaran transendental. Pikiran dan perasaan manusia terbatas sehingga diperlukan bimbingan spiritual untuk mendapatkan pengetahuan yang mendalam dan kasih sayang dari Yang Maha Kuasa (Ilmu Laduni). Menurutnya, ini merupakan kunci sukses di dunia dan akhirat.

Beliau pun menjelaskan hubungan erat antara belajar dan pengetahuan. Belajar adalah proses yang memungkinkan manusia meningkatkan kapasitas dirinya, baik secara individu maupun organisasional. Pengetahuan, hasil dari proses belajar, menentukan sikap, perilaku, dan kemampuan manusia untuk beradaptasi serta mengambil tindakan yang lebih efektif.

Beliau memperkenalkan konsep Segitiga Modal Insani, yang terdiri atas tiga elemen: Transendental/Spiritual Quotient (TQ/SQ) yang berkaitan dengan jiwa dan kualitas rekaman qolbu, Intellectual Quotient (IQ) yang melibatkan dunia dan kualitas informasi, serta Emotional Quotient (EQ) yang mengacu pada mental dan kualitas emosional. Ketiga aspek ini berperan penting dalam kehidupan manusia, terutama dalam mengendalikan raga agar tidak dikuasai nafsu.

Beliau pun membahas perbedaan antara spiritual dan transendental. Spiritual (SQ) berfokus pada pengetahuan naturalistik, dengan eksperimen neuroscience yang menunjukkan bahwa otak manusia adalah pusat IQ, EQ, dan SQ, mengisyaratkan bahwa manusia adalah makhluk satu dimensi. Sementara itu, transendental (TQ) mengakui adanya dimensi kedua, yaitu jantung sebagai pusat EQ dan TQ, dan pengetahuan ini diperoleh dari Yang Maha Kuasa.

Sementara itu, saat sesi talkshow, Prof. Dian Masyita berbagi pengalaman spiritualnya selama krisis ekonomi 1998. Beliau menjelaskan bagaimana pencarian makna hidup membantunya menemukan tujuan yang lebih mendalam. "Spiritualitas adalah dorongan yang membuat kita menemukan tujuan hidup," ujarnya.

Heru Prasetyo kemudian mengupas lebih dalam tentang manajemen pengetahuan dalam praktik. Beliau menyoroti bahwa pemimpin mengandalkan dua jenis kekuatan: kekuatan dari posisi (seperti reward, coercion, legitimacy) dan kekuatan dari pengetahuan (expertise, reference). Menurutnya, semakin banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang, semakin besar kekuatan yang bisa diperoleh.

Priyantono Rudito melanjutkan dengan membahas tantangan dalam kepemimpinan. Beliau mengidentifikasi tiga tantangan utama, yakni menentukan keinginan masa depan, bergerak menuju tujuan dengan sumber daya yang dimiliki, serta memaksimalkan potensi diri dan orang-orang di sekitar. “Sumber daya terbaik adalah diri sendiri dan orang-orang yang ada di dalam hidupmu,” ujarnya.

Acara ini diharapkan mampu memberikan wawasan baru mengenai pentingnya pengelolaan pengetahuan, kebijaksanaan, dan spiritualitas sebagai landasan untuk masa depan yang berkelanjutan.

Reporter: Fairuuz Fawwas Alfarizi Tantuayo (Kewirausahaan, 2024)