SBM ITB Gelar Diskusi Strategi Investasi Terkini
Oleh Bayu Rian Ardiyansyah
Editor Bayu Rian Ardiyansyah
Saham merupakan salah satu instrumen investasi yang populer karena menawarkan hasil yang tinggi meskipun juga beresiko tinggi. Ed mengungkapkan bahwa sebenarnya ketidakpastian tersebut dipengaruhi oleh prinsip ekonomi sederhana, yaitu permintaan dan penawaran. Seorang pelaku investasi harus memahami dan mengaplikasikan prinsip tersebut dalam bertransaksi saham agar tidak tertipu oleh pasar yang ujungnya terlambat mengambil kesempatan dan mengalami kerugian.
"Perdagangan saham adalah tentang probabilitas. Ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu demand zone dan supply zone. Demand zone adalah ketika lebih banyak pembeli daripada penjual sehingga harga akan naik, sedangkan supply zone adalah kebalikannya. Mengetahui kapan harus masuk dan keluar dari transaksi adalah hal terpenting dalam investasi saham," jelas Ed.
Dalam mendirikan bisnis, pelaku haruslah merancang perencanaan saham dengan matang. Ini bertujuan untuk menghindari faktor emosi dalam bertransaksi karena seringkali emosi membuat seorang pelaku investasi menjadi gegabah dan salah mengambil keputusan hingga akhirnya mengalami kerugian. Berdasarkan pengalaman Ed, penting juga bagi pelaku investasi untuk membagi modalnya ke dalam tiga keranjang perencanaan agar bisa memetik hasil kerja kerasnya di akhir yaitu jangka pendek untuk transaksi harian, jangka menengah untuk transaksi mingguan, dan jangka panjang untuk kekayaan di akhir. "Sebagai pelaku investasi, kita harus bisa mengatur ekspektasi kita. Anda tidak akan selalu bisa benar di setiap waktu. Oleh karena itu, gunakan lakukan semua transaksi sesuai perencanaanmu dan abaikan apapun yang terjadi di pasar," pesan Ed.
Pengenalan Laboratorium Investasi dan Pasar Modal ITB
Dalam acara ini Deddy P. Koesrindartoto, Ph.D (Dosen SBM ITB) selaku Kepala Kresna SBM - Financial Trading Center juga mengenalkan fasilitas pembelajaran investasi pasar modal yang dimiliki SBM ITB. Sebenarnya fasilitas ini telah berdiri sejak tahun 2010 dengan jumlah transaksi yang telah mencapai 60 miliar rupiah. Sejak Oktober tahun ini SBM ITB telah menetapkan fasilitas tersebut menjadi Laboratorium Investasi dan Pasar Modal ITB. Perubahan ini diharapkan bisa merangkul mahasiswa untuk memaksimalkan pemanfaatan dan pengelolaan fasilitas tersebut sebagai pusat pembelajaran investasi. "Kita akan mengembangkan Student Management Investment Fund yang mengajak partisipasi mahasiswa untuk mengelola fasilitas ini. Mahasiswa akan belajar mengelola dana investasi dalam skala yang besar secara nyata dan langsung, sehingga bisa menambah kemampuan dan pengamalan mereka," tutur Deddy.